Sejarah Serah Jabatan dan Upacara Pelepasan Gubernur Nugini Belanda Terakhir, Pieter Johannes Platteel pada Tanggal 3 Oktober 1962.

 

Pieter Johannes Platteel pada Tanggal 3 Oktober 1962.

Hallo sodara dan sodari yang budiman  dan yang terkasih dalam kasih Yesus kristus yang tidak terhingga sampai saat ini.

Karena Pada kesempatan kali ini literasi papua.com  sebagai penyambung lidah, dan wadah keadilan bagi kaum yang terabaikan akan membagikan informasi yang aktual dan Yang informatif, yang tercacat dalam sejarah bagi orang papua barat. Kadangkala seluruh lapisan Rakyat Indonesia dan orang papua sendiri tidak mengetahuinya.  Maka, kebanyakan rakyat indonesia tidak mengetahui ketidakadiland dan ketidakbenaran yang terjadi di dalam bangsa ini. Yaitu atas peristiwa Serah jabatan dan upacara pelepasan gubernur Nugini Belanda terakhir, Pieter Johannes Platteel  Yang menjabat 1958-1962. Dan  pada tanggal 3 Oktober 1962 melakukan serah jabatan, Usai acara perpisahan di gedung Dewan Nugini alias Nieuw-Guinea Raad di Hollandia (Jayapura sekarang), Gubernur Platteel menuju Bandara Sentani untuk seremoni pelepasan bersama pasukan PBB dari Pakistan dan beberapa orang-orang lokal Papua. Selanjutnya ia terbang menuju Biak, untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang menuju Belanda. Tiba di Bandara Schiphol, Amsterdam, ia disambut oleh keluarganya serta beberapa pejabat Belanda. Sekitar 48 jam setelah kepergian Platteel, pemerintahan Belanda atas Papua bagian barat diserahkan kepada PBB,

 

Dibawah ini kami akan ulask terkait, alasan pulang,sebab kepulangan,kerugian dan kehilangan harapan free west papua dan politik rahasia di dalamnya. Sehingga kehidupan orang papua ada seperti sekarang ini, ibaratkan ikan di dalam aquarium.

 

Sejarah Serah Jabatan dan Upacara Pelepasan Gubernur Nugini Belanda Terakhir, Pieter Johannes Platteel pada Tanggal 3 Oktober 1962.

 

Pada awal abad ke-20, wilayah Nugini Belanda menjadi bagian dari jajahan Belanda. Setelah Perang Dunia II, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 dan mulai memperjuangkan wilayah Nugini Belanda  sekarang jayapura sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Namun, Belanda masih menguasai wilayah tersebut sebagai pulau terpisah dan harus berdiri sendiri sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat. Dan selanjutnya telah memperjuangkan dan mendidik orang Papua yang berkualitas dan berpendidikan untuk meletakan dasar Negara sebagai bangsa west papua.Dan kami semua percaya dan setuju bahwa sejarah itu telah ada dan tercatat  di dalam sejarah orang papua hingga saat ini.

 

Pada tahun 1961, Dewan Keamanan PBB menyerukan agar Belanda menyerahkan kekuasaannya atas wilayah Nugini Belanda kepada PBB. Namun, Belanda menolak untuk menyerahkan kekuasaannya dan memilih untuk tetap menguasai wilayah tersebut.

 

Akhirnya, pada tanggal 1 desember 1961 memberikan kemerdekaan bagi bangsa west papua, dan memproklamasikan kemerdekaanya melalui radio belanda dan Australia  yang telah diketahui oleh seluruh Negara merdeka dan rakyat west papua,

 

Namun, pada Akhirnya, pada tahun 1962, Belanda setuju untuk menyerahkan kekuasaannya atas wilayah Nugini Belanda sekarang disebut jayapura kepada PBB. Serah terima kekuasaan ini ditandai dengan upacara Serah Jabatan dan Pelepasan Gubernur Nugini Belanda terakhir, Pieter Johannes Platteel pada tanggal 3 Oktober 1962.

 

Sebelum melakukan serah jabatan ini pemimpin belanda  Juga berkompromi dengan PBB, untuk melakukan new York egrimen dan roman egremen tanpa melibatkan orang asli west papua. Ini juga merupakan penghianatan oleh belanda terhadap bangsa west papua yang telah merdeka sebagai Negara.

 

Dengan melihat sejarah ini, beberapa bulan belakangan ini, belanda  telah memberikan dukungan dan desakkan kepada Komisaris PBB untuk mengujungi Tanah Papua. Untuk  melihat situasi real terkini di tanah Papua.

 

Upacara Serah Jabatan dan Pelepasan ini menandai akhir dari kekuasaan Belanda atas wilayah Nugini Belanda dan memulai era baru di wilayah tersebut. Meskipun PBB kemudian menyerahkan kekuasaan atas wilayah Nugini Belanda kepada Indonesia pada tahun 1963, upacara Serah Jabatan dan Pelepasan ini tetap menjadi momen penting dalam sejarah Nugini Belanda dan perjuangan kemerdekaannya.

 

Serah jabatan Gubernur Nugini Belanda terakhir, Pieter Johannes Platteel, dilakukan pada tanggal 3 Oktober 1962, adalah peristiwa penting dalam sejarah Papua Barat. Saat itu, Papua Barat masih berada di bawah kendali Belanda, meskipun Indonesia telah merdeka pada tahun 1945 dan mengklaim wilayah tersebut sebagai bagian dari wilayahnya.

 

Upacara serah terima kekuasaan dari Belanda ke PBB dijadwalkan pada 1 Oktober 1962. Namun, itu ditunda karena Indonesia mengancam akan menyerbu Papua Barat jika Belanda terus menerus menguasai wilayah tersebut. Setelah beberapa negosiasi diplomatik, Belanda akhirnya setuju untuk menyerahkan Papua Barat kepada PBB.

 

Pada tanggal 3 Oktober 1962, di Jayapura, Platteel mengadakan upacara perpisahan di gedung Dewan Nugini (Nieuw-Guinea Raad) sebelum menuju Bandara Sentani untuk seremoni pelepasan bersama pasukan PBB dari Pakistan dan beberapa orang Papua setempat.

 

Setelah Platteel meninggalkan Papua Barat, pada 5 Oktober 1962, pemerintah Belanda secara resmi menyerahkan kekuasaan atas wilayah tersebut kepada PBB. PBB kemudian menunjuk administrasi sementara yang disebut United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) untuk mengelola Papua Barat selama sementara waktu hingga wilayah tersebut diserahkan ke Indonesia.

 

Perpindahan kekuasaan tersebut tidak terjadi tanpa kontroversi. Sejak Indonesia merdeka, mereka telah mengklaim Papua Barat sebagai bagian dari wilayahnya, namun Belanda terus menguasai wilayah tersebut hingga 1962. Banyak orang Papua Barat yang mendukung kemerdekaan mereka sendiri dan tidak ingin di bawah kendali Indonesia.

 

Namun, ketika Papua Barat diserahkan ke PBB, Indonesia dan Belanda sepakat bahwa wilayah tersebut akan diserahkan ke Indonesia setelah masa administrasi sementara UNTEA berakhir. Namun, ketika Indonesia mengambil alih kendali atas Papua Barat pada tahun 1963, banyak orang Papua Barat yang tidak setuju dengan pengambilalihan wilayah papua barat tersebut. dan terjadi perlawanan dari masyarakat setempat untuk berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Karena kemerdekaan itu sudah dilakukan sebelum belanda meninggalkan papua barat.

 

Kerugian dan kehilangan yang dialami oleh Papua Barat selama masa transisi kekuasaan masih menjadi topik yang kontroversial dan diperdebatkan hingga saat ini. Terdapat tuduhan bahwa Belanda dan Indonesia terlibat dalam politik rahasia selama masa tersebut dan bahwa Papua Barat menjadi korban dari kepentingan politik yang lebih besar.

 

Dan Amerika dan Indonesia terlibat di dalam pbb sehingga kesatuan bangsa west papua itu diintergrasikan ke dalam Indonesia secara paksa dan sepihak.

Serah jabatan dan upacara pelepasan Gubernur Nugini Belanda terakhir, Pieter Johannes Platteel pada tanggal 3 Oktober 1962 adalah  juga sebuah peristiwa bersejarah dalam sejarah Papua. Pada masa itu, Belanda telah menguasai Papua selama lebih dari setengah abad, tetapi pada tahun 1961, Indonesia yang baru saja merdeka, menuntut kembali wilayah tersebut dan memulai invasi militer. Belanda menolak untuk menyerahkan Papua kepada Indonesia dan memutuskan untuk menyerahkan masalah ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

Pada tahun 1962, negosiasi antara Belanda dan Indonesia dimediasi oleh PBB dan menghasilkan Perjanjian Nuw York Egrimen. Menurut perjanjian tersebut, Papua akan ditempatkan di bawah pengawasan PBB selama enam tahun sebelum akhirnya diadakan referendum untuk menentukan nasib Papua.

 

Serah jabatan dan upacara pelepasan Gubernur Platteel menjadi simbol dari pengakuan Belanda bahwa mereka tidak lagi memiliki kendali atas Papua. Pada saat itu, Belanda menyampaikan pesan dan harapan kepada rakyat Papua bahwa mereka berharap Papua akan mendapatkan kemerdekaan dan hak yang sama seperti negara lain di dunia.

Namun, setelah serah jabatan tersebut, situasi di Papua menjadi semakin rumit. Pada tahun 1963, Indonesia mengambil alih Papua dengan paksa dan menjadikannya sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Sejak saat itu, Papua telah menjadi konflik panjang dan kompleks antara pemerintah Indonesia dan gerakan kemerdekaan Papua.

 

Kerugian dan kehilangan dari serah jabatan tersebut adalah Papua kehilangan kesempatan untuk merdeka secara damai dan menentukan nasibnya sendiri. Sejak saat itu, rakyat Papua terus berjuang untuk mendapatkan hak asasi manusia dan kemerdekaan politik.

Pemerintah Belanda sejak itu telah memberikan dukungan politik dan finansial kepada Papua, serta terus menekan Indonesia untuk menghormati hak-hak asasi manusia di Papua. Pesan dan harapan Belanda untuk Papua tetap sama yaitu agar Papua mendapatkan hak yang sama seperti negara lain. dan menentukan nasibnya sendiri secara damai sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

 

 

peristiwa  penting dalam sejarah Papua Barat. Bahwa Gubernur terakhir ini menyerahkan jabatannya kepada pemerintah Indonesia setelah bertahun-tahun negosiasi antara Belanda dan Indonesia mengenai masa depan wilayah tersebut.

 

Pada tahun 1945, Indonesia merdeka dari Belanda, tetapi Papua Barat tetap menjadi wilayah koloni Belanda. Pada tahun 1961, Presiden Soekarno menuntut agar Papua Barat menjadi bagian dari Indonesia. Dengan melakukan trikomando Rakyat, Setelah beberapa tahun perundingan dan tekanan internasional, Belanda dan Indonesia setuju untuk menyelenggarakan sebuah referendum pada tahun 1969 di mana penduduk Papua Barat akan memutuskan apakah mereka ingin tetap menjadi bagian dari Indonesia atau memisahkan diri.

 

Pieter Johannes Platteel meninggalkan Papua Barat pada tanggal 3 Oktober 1962 setelah serah terima jabatan kepada pemerintah Indonesia. Alasan utama kepulangan Platteel adalah sebagai bagian dari perjanjian antara Belanda dan Indonesia untuk menyerahkan kendali atas wilayah tersebut kepada Indonesia.

Kerugian dan kehilangan yang terjadi akibat serah terima wilayah Papua Barat kepada Indonesia adalah banyaknya konflik dan kekerasan yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan masyarakat Papua Barat yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. Kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi di wilayah tersebut hingga saat ini.

Belanda memberikan pesan dan harapan kepada masyarakat Papua Barat untuk menerima pemerintahan Indonesia dengan damai dan menjanjikan bantuan dan dukungan untuk membangun wilayah tersebut. Namun, sejak saat itu, Belanda tidak terlibat lagi dalam politik Papua Barat.

 

Setelah serah terima kendali atas Papua Barat, Indonesia telah memperlakukan masyarakat Papua Barat secara berbeda dari penduduk lainnya di Indonesia. Beberapa masyarakat Papua Barat merasa bahwa mereka telah diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintah Indonesia dan ada banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia di wilayah tersebut.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat upaya dari masyarakat internasional untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua Barat dan memberikan dukungan kepada mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan. Namun, hingga saat ini Papua Barat masih menjadi wilayah yang dikuasai oleh pemerintah Indonesia dan masih terjadi banyak konflik dan kekerasan di wilayah tersebut.

 

Dari cara pandang dan perbedaan dalam memperlakukan orang papua selama berada di tangan belanda dan di tangan indonesia.

 

Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian paling timur Indonesia. Sejarah Papua dipengaruhi oleh masa pemerintahan kolonial Belanda sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Setelah itu, Papua menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1963 dan dikenal dengan nama Irian Jaya. Namun, perjuangan masyarakat Papua dalam mencari hak-hak mereka terus berlanjut hingga saat ini.

 

 

Berikut adalah perbedaan dalam perlakuan terhadap orang Papua di tangan Belanda dan Indonesia:

 

1.Di tangan Belanda Di masa pemerintahan kolonial Belanda, Papua diperintah dengan sistem politik yang otoriter dan diskriminatif. Orang Papua dipandang sebagai masyarakat yang lebih rendah dari orang Belanda dan mereka diperlakukan secara diskriminatif dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, orang Papua tidak diberikan hak yang sama dalam pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Mereka juga tidak diizinkan memiliki kebebasan berekspresi dan berkumpul secara bebas.

 

Namun, Belanda juga membangun infrastruktur dan mengembangkan ekonomi di Papua. Beberapa kota besar di Papua, seperti Jayapura dan Biak, dibangun pada masa kolonial Belanda. Selain itu, Belanda juga mengenalkan agama Kristen di Papua.

 

2.Di tangan Indonesia Setelah Papua menjadi bagian dari Indonesia, situasi politik dan hak asasi manusia di Papua menjadi semakin kompleks. Masyarakat Papua merasa bahwa mereka tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan masyarakat Indonesia di daerah lain. Hal ini membuat beberapa kelompok masyarakat Papua melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia.

 

Pemerintah Indonesia menganggap perlawanan tersebut sebagai ancaman terhadap keutuhan negara dan merespon dengan tindakan keras seperti penindasan, penahanan, dan kekerasan. Perlakuan ini menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia di Papua.

 

Meski begitu, Indonesia juga telah melakukan sejumlah upaya untuk memperbaiki situasi di Papua. Beberapa di antaranya adalah dengan membangun infrastruktur, memberikan beasiswa bagi masyarakat Papua untuk melanjutkan pendidikan, dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah Indonesia juga telah menjamin hak asasi manusia di Papua dan mendukung kebebasan berekspresi dan berkumpul secara bebas.

 

Dalam kesimpulan kami ini, meski ada perbedaan dalam cara Belanda dan Indonesia memperlakukan orang Papua, namun masih banyak perjuangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan perlakuan terhadap orang Papua dan memastikan hak-hak mereka diakui dan dilindungi.dan cepat atau lambat Papua akan merdeka. dan ketidakadilan belanda dan Indonesia, Alam papua dan Tuhan Yang maha Esa Tahu akan hal ini. Dan suatu saat bangsa papua akan menjadi bangsa yang merdeka dan memimpin dirinya sendiri.

 

posted by literasi Papua.com

 


Literature papuan.com

Selamat datang di "literature papuan.com"! Kami adalah platform edukasi yang berfokus pada pendidikan bagi generasi bangsa Papua. Dengan komitmen untuk meningkatkan literasi di Papua, kami menyediakan konten yang informatif, inspiratif, dan relevan untuk mendorong perkembangan pendidikan di daerah ini. Di "literasi papua.com", kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua. Kami berkomitmen untuk memberikan akses ke pengetahuan dan informasi berkualitas melalui artikel-artikel yang menarik dan terpercaya.

Posting Komentar

berkomenterlah dengan bijaksana :

Lebih baru Lebih lama