Melawan rasialisme dan hambatan berekspresi di dalam republik ini oleh mahasiswa papua.

 

Melawan rasialisme & hambatan berekspresi di DALAM republik INDONESIA ini oleh mahasiswa papua.

Dalam perjalanan kita untuk memahami dampak dan implikasi rasisme di Papua, mari kita bersama-sama menggali informasi, mendengarkan perspektif beragam, dan merangkul solusi yang adil dan inklusif. Kami percaya bahwa pendidikan dan kesadaran adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini, dan kami berkomitmen untuk menyajikan fakta-fakta yang akurat dan menyeluruh.

Tidak ada tempat bagi diskriminasi dan penindasan dalam masyarakat yang beradab. Marilah kita berkolaborasi dalam upaya untuk mendorong perubahan positif dan menciptakan lingkungan yang mendukung hak-hak asasi manusia dan kesetaraan di Papua.

Jadi, tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai perjalanan kita untuk menjelajahi pemahaman lebih mendalam tentang rasisme di Papua. Jangan ragu untuk berbagi pandangan, komentar, dan pertanyaan Anda di kolom komentar. Bersama, kita dapat memberikan suara kepada yang tak terdengar dan mewujudkan perubahan yang lebih baik.

Selamat menonton, dan mari bersama-sama memperjuangkan keadilan dan kesetaraan!


"Ketidaktahuan tidak akan menolong siapapun". (Karl Marx) 

Rasisme adalah bentuk penindasan yang menghambat kemerdekaan berpikir dan kesetaraan;(Angela Davis).

“Bila Anda ingin mempertahankan rasa hormat Anda terhadap diri-sendiri, lebih baik membuat orang lain tidak senang dengan melakukan hal-hal yang Anda ketahui benar, daripada untuk sementara membuat mereka senang dengan melakukan apa-apa yang Anda ketahui salah.” (William J.H. Boetcker)

“Segala apa yang dilakukan kaum tertindas adalah benar.” (George Orwell)

A.kepada Mahasiswa Baru (MABA 2023, di jalan yang tua  yang selalu terlihat muda itulah jalan kiri) 

Selamat datang mahasiswa baru! Sekarang kamu memasuki kampus impianmu. Tempat ini bukan hanya jadi taman bersemainya ide dan gagasan memukau, tapi juga arena berlangsungnya aneka lomba. Itulah mengapa sejak kehadiranmu lembaga pendidikan kontan menggelar ospek yang begitu rupa: kalian tak sekedar dijejali aturan busana dan tata-tertib apa saja, melainkan pula motivasi mengejar nilai tinggi, meraih onggokan prestasi, wisuda secepat kilat, dan hidup mapan akhirnya. Atas kredo inilah kampus meng-ospekmu dengan memamerkan mahasiswa-mahasiswi yang berpenampilan rapi dan bersih, mempunyai jabatan tertentu dan seringkali mendapat juara. Mereka umumnya berasal dari organisasi-organisasi mahasiswa yang melayani kepentingan lembaga pendidikan semata: melaksanakan seminar, kuliah umum, latihan kepemimpinan, hingga melancarkan segala bentuk pengawasan terhadap mahasiswa.

Hanya kepada kalian kampus memperkenalkan mereka sebagai prototipe yang sempurna. Kampus sengaja menempatkan mahasiswa-mahasiswa pilihannya di atas panggung ospek bukan sebatas memberi ceramah, tapi terutama untuk ditiru dan digugu oleh mahasiswa angkatan baru semua. Saking lama mendengar retorika mereka, basa basi mereka, mulut manis mereka dan doktrin mereka maka kalian terpukau hingga terbius juga. 

Mula-mula kalian termakan kekuatan tanda yang disematkan kampus kepada mahasiswa yang menjadi panitia ospek-nya. Lihat saja bagaimana kampus mengemas citra panitia ospek begitu rupa: mereka kerap kali diasosiasikan sebagai mahasiswa baik (berdisiplin), sopan (tunduk dan patuh), rajin (penurut dan pembebek), cerdas (bernilai tinggi), dan berprestasi (memperoleh juara). Singkatnya, kampus menginginkan kalian seperti mereka-mereka ini. Lebih-lebih untuk menjadi penggugur hingga mudah dikontrol dalam melancarkan kepentingan birokrasi kampus.

Lebih-lebih birokrasi kampus Universitas Mataram sangat anti dengan kemerdekaan berpikir mahasiswa Papua, kriminalisasi rasial, ancaman DO dan bahkan penangkapan terhadap mahasiswa Papua maupun solidaritas Indonesia itu merupakan tindakan melanggar UUD 1945 dan uu No 12 tahun 2012 tentang kebebasan akademik dan otonom kampus. Bagaimana praktek birokrasi kampus Universitas Mataram terus dan sedang kriminalisasi rasial, represif, intimidasi,teror dan menangkap mahasiswa Papua di dalam kampus universitas Mataram yang terjadi pada tanggal 1 februari 2022.Penangkapan terhadap mahasiswa Papua dan Solidaritas Indonesia yang dilakukan oleh Rektor universitas Mataram pada tanggal 13-14 november 2022,bahkan rektor Unram Kriminalisasi, intimidasi dan teror mahasiswa Papua. 

birokrasi kampus universitas Mataram menangkap dan kriminalisasi mahasiswa Papua dan Solidaritas Indonesia pada tanggal 8 maret 2023 dengan alasan keterlibatan mahasiswa Papua Nyamuk Karunggu dalam aksi mimbar bebas tersebut. Birokrasi Kampus universitas Mataram baru-baru ini kriminalisasi dan intimidasi mahasiswa Papua pasca Yudisium Fakultas Hukum Universitas Mataram pada tanggal 1 Agustus 2023.

Senior dan junior merupakan bentuk kata yang sering kita jumpai dalam berbagai kelompok, komunitas ataupun  organisasi masyarakat yang ada saat ini. Contohnya organisasi dalam dunia kampus seperti, BEM, SENAT,Cipayung dan HMJ yang selalu menjunjung tinggi kata senior dan junior.kata SENIORITAS dan JUNIORITAS terus dan sedang membunuh kemerdekaan berpikir mahasiswa yang mengatur dalam uu no.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum dan uu nomor 12 tahun 2012 tentang kebebasan akademik dan otonom kampus bukan hanya senioritas yang membunuh kemerdekaan berpikir mahasiswa melainkan birokrasi kampus membunuh kemerdekaan berpikir mahasiswa dengan seakan-akan merekalah lebih berkuasa, lebih tahu,lebih pintar dan merasa dirinya dewa yang tidak perlu di ganggu, dikritik dan di debatkan oleh mahasiswa.

Eko Prasetyo mengatakan bahwa "kampus bukanlah tempat orang berdoa yang mahasiswa harus diam dan pulang melainkan kampus atau ruang kelas merupakan tempat pertarungan gagasan, ide-ide dan pikiran-pikiran". Sehingga setiap mahasiswa punya hak untuk menyampaikan pendapat, gagasan dan ide-idenya tanpa dibatasi atau di bungkam oleh birokrasi kampus. Lihatlah negara Prancis para dosen-dosen memperbolehkan mahasiswanya diajak debat dengan dosen-dosen tersebut. 

Sebenarnya awal kata dari senior dan junior muncul, karena adanya rasa tidak ingin kalah, iri dan takut tersaingi, entah tersangi kepopuleran, tersaingi pangkat, jabatan ataupun pengetahuannya. anggapan para senior adalah mereka lebih mengetahui apapun dalam berbagai bentuk misalnya mata kuliah, dan kegiatan yang ingin diselenggarakan. Sebenarnya ini merupakan bentuk keakuan diri tanpa landasan kualitas yang sebenarnya.

Apa yang disampaikan dosen ataupun senior adalah benar bahkan dosen atau senior dianggap dewa yang tidak pernah salah ini merupakan salah satu bentuk penindasan yang secara sadar yang  dilakukan oleh para senior dengan keakuan bahwa kebenaran hanya milik senior. sebenarnya secara tidak sadar para junior telah telah dibungkam agar tidak berfikir kreatif dengan kebijakan yang dibuat para birokrasi kampus. 

Seiring dengan berjalannya ospek, maka ditampilkannya relasi antara panitia ospek senior dengan mahasiswa angkatan baru (junior) menghasilkan budaya senioritas. Melalui Sistematika Filsafat 1990, Sidi Gazalba menjelaskan bahwa suatu kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Ketika pelaksanaan ospek, maka kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan menjadi bentuk kesatuan sosial yang berlangsung dalam kendali senioritas dan birokrasi kampus.





B.Kolonialisme Indonesia Berbahaya Bagi Rakyat Papua Barat 

Masa depan yang lebih baik adalah bangsa yang bebas dari segala bentuk penindasan nasional kriminalisasi rasial, represif, pembungkaman ruang demokrasi, penangkapan, penahanan, pemenjaraan dan pembunuhan massal.(Van Apeldoorn-surya).

Orang Papua tidak ada masa depan didalam negara kolonialisme Indonesia (Dr.Dorman Wandikbo).

Kolonialisme Indonesia menjajah, menindas, menduduki bangsa west Papua melalui operasi tri Komando rakyat (Trikora) di alun-alun Yogyakarta pada tanggal 1961 dengan misi besar adalah menghancurkan masa depan bangsa west Papua dan memusnahkan ras Melanesia di West Papua. Berdasarkan sejarah, Sosiologis dan Antropologis Papua Barat bukan merupakan bagian dari  wilayah NKRI melainkan wilayah NKRI adalah Sambang sampai Amboina pangkuan dari pendiri negara Republik Indonesia Soekarno dan Hatta dalam BPUPKI dan PPKI.

Dengan tegas Hatta menyatakan bahwa " Papua bukan bagian dari NKRI karena orang-orang Papua merupakan ras Melanesia sedangkan kami bangsa Indonesia adalah ras Melayu. Sementara Soekarno berpendapat bahwa Indonesia merdeka hanya wilayah Indonesia yang meliputi Sunda Besar dan Sunda Kecil tidak termasuk bangsa west Papua. akan tetapi NKRI melihat dari sumber daya alam Papua makanya pemerintah kolonial Indonesia merebut Irian Barat dengan moncong senjata melalui Trikora 1961 adapun isi Trikora ada tiga yaitu;
1.Bubarkan negara Papua boneka buatan kolonial Belanda 
2.Kibarkan sang merah putih di Irian Barat 
3.Bersiaplah mobilisasi umum dan guna mempertahankan tanah air Indonesia. 

Padahal Papua Barat sudah merdeka secara defacto dan dejure pada tanggal 1 Desember 1961 dengan memiliki simbol-simbol negaranya seperti bendera kebangsaan adalah bintang Kejora.lagu kebangsaan adalah hai tanahku  Papua.mata uang Papua adalah golder Papua.Lambang negara adalah Burung Mambruk.Penduduk negara adalah Sorong to Samarai dan simbol-simbol kenegaraan lainnya. Namun demi kepentingan kolonialisme Indonesia lalu membubarkan sebuah Negara yang bernama  west Papua  yang telah merdeka dan berdaulat tersebut. 

Selain penipuan dan kebohongan serta kejahatan kolonialisme Indonesia di atas bangsa West Papua adalah perjanjian New York Agreement dan Roma agreement pada tahun 1962  tanpa keterlibatan orang asli Papua yang punya tanah, punya air,punya emas dan punya bangsa west Papua tersebut. Selanjutnya adalah aneksasi bangsa West Papua kedalam kolonialisme Indonesia dengan secara kekerasan yang terjadi pada 1 Mei 1963,penentuan pendapat rakyat (PEPERA) 1969 juga merupakan manipulasi dan rekayasa yang dibuat oleh kepentingan kolonialisme Indonesia dan sebelum melakukan Pepera cacat hukum dan moral Indonesia sudah melakukan perjanjian kerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat yang terjadi pada 7 April 1967 yang disebut dengan Kontrak Karya PT. Freeport McMoran di Papua. Lebih lanjut upaya-upaya kolonial Indonesia lain adalah uu nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat serta DOB boneka buatan kolonial Indonesia di West Papua. 

Program Pemekaran Provinsi-Provinsi Boneka yang dirancang Militer dan Kepolisian Indonesia dalam rangka Operasi Militer Gaya atau Metode baru. DOB Boneka itu untuk pendudukan, penjajahan, untuk kepentingan militer, kepentingan untuk memindahkan penduduk Indonesia dari 273 juta jiwa ke Tanah Papua Barat  dan kepentingan ekonomi, bukan kepentingan Penduduk Orang Asli Papua Barat. 
  
Orang asli Papua Sorong to Samarai harus belajar juga dari Barnabas Suebu,SH yang akrab dipanggil Kaka Bas, menyatakan penyesalannya seperti dikutip ini.

Saya sebagai orang Papua menyesal bergabung ke Republik Indonesia ini karena pemerintah bersikap diskriminatif terhadap warganya. Saya tidak terbukti satu sen pun melakukan korupsi, tidak terbukti di pengadilan. Saya dizalimi. 

"Tidak terbukti, satu sen pun, saya tidak mengambil uang negara. Tidak terbukti di pengadilan. Saya dizalimi. Jadi, saya menyesal. Tulis itu ya. Tulis itu. Jangan kamu takut tulis. Saya menyesal bergabung dengan Republik Indonesia." 
Selasa (7/11/2017). 

Fakta ancaman serius dan tersingkirnya orang asli Papua di Tanah leluhur mereka dengan terlihat di kabupaten-kabupaten yang sudah dirampok oleh orang-orang pendatang Melayu dan terjadi perampasan dari hak-hak dasar dalam bidang politik OAP. 

Lihat bukti dan contohnya DOB boneka sebagai surga bagi orang-orang pendatang Melayu, berikut ini:
1.Kabupaten Sarmi 20 kursi: Pendatang 13 orang dan Orang Asli Papua (OAP) 7 orang.

2. Kab Boven Digul 20 kursi: Pendatang 16 orang dan OAP 4 orang

3. Kab Fakfak 20 kursi: Pendatang 12 orang dan OAP 8 orang.

4. Kab Merauke 30 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP hanya 3 orang.

5. Kab. Sorong Selatan 20 kursi. Pendatang 17 orang dan OAP 3 orang.

Sehingga kami ambil kesimpulan bahwa program kolonialisme Indonesia  di atas bangsa Papua Barat merupakan boneka Indonesia seperti ular-ular piton besar sedang kelaparan yang siap menelan POAP.  DOB boneka Indonesia seperti harimau-harimau liar,  ganas dan jahat sedang kelaparan yang siap menerkam POAP.DOB boneka Indonesia seperti buaya-buaya darat yang sangat liar sedang kelaparan untuk menelan POAP.DOB boneka Indonesia seperti singa-singa jahat dan kejam sedang kelaparan untuk menerkam POAP. DOB boneka Indonesia seperti anjing kurap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimakannya dan selalu merampas hak anjing-anjing lain". 

Sadarlah, bangkitlah, bersatulah rakyat dan bangsa Papua Barat untuk masa depan yang lebih baik, berkeadilan, terhormat, bermartabat, penuh harapan hidup dan damai di atas Tanah leluhur.

Rakyat dan bangsa Papua Barat tidak membutuhkan Indonesia dan Amerika. Yang benar adalah Indonesia dan Amerika yang membutuhkan TANAH dan Sumber Daya Alam Papua Barat dan Penduduk Orang Asli Papua harus dimusnahkan karena penghalang dan penghambat bagi Indonesia dan Amerika Serikat.

Untuk mempercepat proses pemusnahan POAP ialah Daerah Otonomi Baru (DOB) Boneka Indonesia dan masih banyak cara-cara lain seperti Operasi Militer,Operasi Intelijen, Operasi Transmigrasi Spontan, Operasi dalam birokrasi, dan operasi penghancuran pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara sistematis, masif dan kolektif.

Indonesia sebaiknya menyelesaikan luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia yaitu 4 pokok akar masalah Papua. Terlihat bahwa Pemerintah dan TNI-Polri bekerja keras dengan berbagai bentuk untuk menghilangkan 4 akar persoalan Papua yang dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tertuang dalam buku Papua Road Map: Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future (2008). Empat akar persoalan sebagai berikut:

1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;
(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.

“Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia…kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua” (Sumber: Franz Magnis:Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: 2015: 255).
Sedangkan Pastor Frans Lieshout, OFM, mengatakan: 

"Orang Papua telah menjadi minoritas di negeri sendiri. Amat sangat menyedihkan. Papua tetaplah LUKA BERNANAH di Indonesia." (Sumber: Pastor Frans Lieshout,OFM: Guru dan Gembala Bagi Papua, 2020:601). 

C.Birokrasi Kampus Universitas Mataram 
Birokrasi kampus Universitas Mataram terus dan sedang mengkriminalisasi, mengintimidasi, meneror dan membunuh kemerdekaan berpikir mahasiswa Papua dengan terang-terangan bagaimana praktek-praktek birokrasi kampus Universitas Mataram sangat reaksioner dan rasial kepada mahasiswa Papua dengan secara sistematis, terstruktur serta kolektif diatur sedemikian rupa; praktek birokrasi kampus semacam ini merupakan watak kolonial tidak mau bangsa tertindas tahu dan pintar. Birokrasi Kampus universitas Mataram bukan hanya membunuh kemerdekaan berpikir mahasiswa Papua tapi juga penangkapan mahasiswa Papua dengan sewenang-wenang bersama kepolisian RI Polda Ntb misalnya 1 februari 2022, 13-14 November 2022 rektor Unram Kriminalisasi dan Menangkap Mahasiswa Papua dan Solidaritas Indonesia, pada tanggal 8 maret 2023 birokrasi kampus universitas Mataram menangkap kawan-kawan solidaritas Indonesia dan intimidasi agar kawan-kawan solidaritas Indonesia tidak bergaul dengan mahasiswa Papua. 

Pada tanggal 1 Desember 2023 Polda Ntb dan birokrasi kampus universitas Mataram intimidasi dan teror terhadap mahasiswa Papua di Mataram, setiap kali mahasiswa Papua keluar masuk di pantau dan di foto-foto oleh security kampus universitas Mataram yang di pasangkan oleh birokrasi kampus universitas Mataram dugaan kami kuat bahwa kejahatan kriminalisasi, kejahatan fasisme dan kejahatan pembungkaman ruang kebebasan akademik maupun penangkapan terhadap mahasiswa Papua merupakan kerja kolektif birokrasi kampus universitas Mataram. Karena ketika intelijen atau security kriminalisasi mahasiswa Papua para dosen-dosen tidak pernah membelah atau melindungi mahasiswa Papua melainkan birokrasi kampus berpihak kepada security kampus yang berwatak kriminal dan reaksioner. 


Dengan itu,kami Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Lombok Pernyataan Sikap Bahwa:

1.Pimpinan Birokrasi Kampus Unram dan jajarannya stop! Kriminalisasi rasial, intimidasi dan teror terhadap mahasiswa Papua di Universitas Mataram. 

2.Rektorat Universitas Mataram stop! memaksa mahasiswa Papua hafal pancasila sila dan suruh NKRI harga mati dalam kegiatan Ospek, dalam kelas dan lingkungan kampus universitas Mataram. 

3.Mengutuk dan mengecam keras kepada kepala security fakultas hukum universitas Mataram Hamzar yang selalu kriminalisasi rasial dan intimidasi mahasiswa Papua. 

4.kami mahasiswa Papua meminta kepada bapak Dekan fakultas hukum Universitas Mataram agar memberikan binaan atau pecatkan kepala security fakultas hukum universitas Mataram yang berwatak reaksioner dan Rasis.

5.Birokrasi Unram hentikan! Kerja sama dengan polda NTB untuk kriminalisasi, intimidasi dan teror terhadap mahasiswa Papua di Universitas Mataram. 

6.Birokrasi Unram stop! Memasang security, intelijen dan Buzzer untuk foto-foto mahasiswa Papua keluar masuk, makan,minum dan memantau aktivitas perkuliahan mahasiswa Papua di Universitas Mataram.

Demikian, pernyataan sikap ini kami buat dan kami sampaikan kepada kawan-kawan sekalian yang peduli dengan tentang kemanusiaan dan tentang keadilan di Papua, di Indonesia dan kawan-kawan komunitas internasional. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih banyak!

Editor, literature papua. com


Literature papuan.com

Selamat datang di "literature papuan.com"! Kami adalah platform edukasi yang berfokus pada pendidikan bagi generasi bangsa Papua. Dengan komitmen untuk meningkatkan literasi di Papua, kami menyediakan konten yang informatif, inspiratif, dan relevan untuk mendorong perkembangan pendidikan di daerah ini. Di "literasi papua.com", kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua. Kami berkomitmen untuk memberikan akses ke pengetahuan dan informasi berkualitas melalui artikel-artikel yang menarik dan terpercaya.

Posting Komentar

berkomenterlah dengan bijaksana :

Lebih baru Lebih lama