Rocky De Plato dan Perubahan Sesungguhnya yang ditulis : Oleh Dr. Syahganda Nainggolan - Sabang sampai Merauke
Hadirkan salam hormat dan rasa syukur atas kehadiran Anda semua disini. Dalam ruang ini, kita akan menjelajahi berbagai pandangan dan sudut pandang mengenai isu yang kompleks dan signifikan: Papua.
Seperti yang diketahui, isu Papua memiliki sejarah panjang yang melibatkan aspek sosial, politik, budaya, dan hak asasi manusia. Dalam konteks ini, kita akan berusaha untuk mendalami pemikiran seorang intelektual terkemuka, Rocky Gerung, dalam rangka memahami isu Papua merdeka.
Rocky Gerung, sebagai tokoh yang dikenal dengan pandangan kritis dan kontroversialnya, telah memberikan sudut pandangnya terhadap berbagai isu nasional. Melalui pandangannya, kita akan mencoba merenungkan tentang kemerdekaan, hak-hak masyarakat adat, otonomi, dan dialog dalam konteks Papua.
Mari bersama-sama mendalami dan menggali lebih dalam pemikiran Rocky Gerung terkait isu yang relevan bagi masyarakat Papua dan Indonesia pada umumnya. Selamat datang di sini, tempat kita bersama-sama merenungkan dan menggali pemahaman yang lebih mendalam.
Rocky Gerung (RG), yang telah dibahas dalam artikel "Rocky De Plato" (eramuslim.com, 31/8/20), kembali menegaskan perannya sebagai seorang filsuf yang memberikan arah bagi bangsa kita dalam beberapa hari terakhir. Dalam pidato viralnya di hadapan pimpinan buruh di Bekasi, Sabtu lalu, RG mengemukakan tiga poin penting.
Pertama, RG menyatakan bahwa buruh harus menggali ulang sejarah bangsa kita. Ini merupakan langkah untuk memungkinkan nasib buruh ditentukan oleh mereka sendiri, bukan oleh pemilik modal.
Kedua, RG menegaskan bahwa tidak sepatutnya berharap pada Jokowi. Menurut pandangannya, Jokowi hanya fokus pada legacy pribadinya untuk menyelamatkan diri, bukan untuk kepentingan negara dan bangsa. Dia menyoroti langkah Jokowi dalam menjual proyek IKN ke China dan melakukan manuver politik untuk keamanannya sendiri setelah berkuasa. RG menggambarkan karakter semacam ini sebagai "Bajingan Tolol" atau "Bajingan Pengecut", yang seharusnya berunding dengan kekuatan rakyat jika memiliki kecerdasan yang lebih baik.
Ketiga, RG mengajukan bahwa perubahan hanya mungkin terjadi melalui gerakan. Gerakan buruh atau rakyat diukur berdasarkan besarnya massa dan arah gerakannya. Semakin besar massa yang bergerak, semakin cepat perubahan terjadi jika arah geraknya tepat. Menurut RG, arah perubahan harus menuju pusat kekuasaan.
RG percaya bahwa jika gerakan buruh pada tanggal 10 Agustus mendatang mengalami partisipasi massif dengan menggerakkan aksi ke Istana dan memblokir jalan tol, maka buruh akan memimpin perubahan masa depan bangsa.
Meskipun pandangan-pandangan ini belum mendapatkan perhatian luas dari media saat ini, tetapi banyak perhatian tertuju pada istilah "Bajingan Tolol" yang digunakan RG untuk menggambarkan Jokowi. Puluhan relawan Jokowi telah melaporkan RG ke Bareskrim Polri dengan tuduhan penghinaan terhadap kepala negara.
RG mempertanyakan mengapa pandangan dan istilah seperti ini selalu menimbulkan reaksi yang berbeda. Ketika ulama besar seperti Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Fir'aun, reaksi tidak setegas ini. Dia menganggap istilah "Bajingan Tolol" atau Fir'aun hanya sebagai tafsir karakter.
Pandangan RG mengenai perubahan berbeda dari mayoritas tim sukses (timses) Anies Baswedan dan kandidat presiden lainnya. Mereka berusaha meraih simpati komunitas "tengah" atau "abu-abu" yang ingin keberlanjutan dan perubahan, sebagaimana diidentifikasi oleh Utting Research of Australia, dengan persentase 61%.
RG lebih fokus pada gagasan bahwa perubahan bukan hanya seputar kemenangan dalam pemilu, melainkan tentang kemampuan menulis ulang sejarah. Dia meyakini bahwa rakyat miskin juga harus memiliki andil dalam menulis sejarah bangsa.
Selain itu, RG juga mengusulkan pembatasan hubungan Indonesia-Peking yang selama ini erat. Dia mendukung reorientasi hubungan politik internasional yang lebih seimbang, agar Indonesia tidak terjebak dalam perangkap hutang dengan China seperti yang dialami beberapa negara dunia ketiga. RG mencatat bahwa walaupun Indonesia pernah mengalami kerugian saat berada dalam kendali barat, hubungan dengan China juga memiliki dampak negatif terhadap agama dan kedaulatan.
Pada akhirnya, dalam konteks isu Jokowi dan istilah "Bajingan Tolol" yang dituduhkan oleh kelompok relawan Jokowi, penting bagi kita yang menggunakan akal sehat untuk memahami pidato RG secara keseluruhan. Rocky alias Rocky De Plato adalah seorang ahli dalam filsafat logika empiris. Ia memiliki pengalaman dari desa ke kota, menghadapi masalah dari dunia pertanian hingga buruh miskin dan isu lingkungan hidup. Pesannya adalah agar rakyat, terutama buruh, merebut hak-hak hidup meski dalam situasi yang tertindas. Kemenangan buruh dan rakyat miskin akan mampu mengubah arah sejarah. Perubahan sesungguhnya terletak pada tangan kaum buruh yang menuliskan ulang sejarah bangsa.
Selain itu, Rocky juga meyakini bahwa poros Indonesia-Peking, yang selama ini terjalin mesra antara Indonesia dan China harus dibatasi. Reorientasi hubungan politik internasional kita memang sesuatu yang spektakuler, jika kita bisa melepaskan diri dari ketergantungan kota dengan China. Berbagai negara dunia ketiga sudah mengalami perangkap hutang (debt trap) dengan China dan akhirnya menjadi negara gagal. Meskipun kita pernah mengalami berbagai kerugian ketika berposisi sebagai bagian masyarakat global yang dikendalikan barat, kita tetap tidak pernah menjadi seburuk saat ini, dengan China. Dengan China kita bukan saja dihisap, tapi agama kita juga mengalami serangan-serangan kebencian. Penutup Diantara hiruk-pikuk isu Jokowi Bajingan Tolol yang ingin dipidanakan kelompok relawan Jokowi, kita kaum akal sehat harus melihat pidato Rocky secara utuh. Rocky alias Rocky De Plato adalah ahli the philosophy of logical empiricism. Dia bukan seperti Hegel yang hidup dialam pikiran. Rocky hidup dari desa ke kota, dari masalah tani ke masalah buruh miskin. Dan berbagai masalah lainnya, seperti lingkungan hidup. Dalam pidato utuhnya, Rocky berpesan agar rakyat, khususnya buruh, harus merebut hak-hak hidupnya, meski dalam ruang yang tertindas. Dengan kemenangan kaum buruh, dan rakyat miskin, sejarah dapat ditulis ulang. Sejarah dituli ulang kaum buruh, itulah perubahan sesungguhnya.
kebutuhan akan sosok seperti Rocky Gerung dalam konteks ketidakadilan dan penjajahan di Papua memiliki relevansi dengan aspirasi untuk penegakan hukum yang adil di Indonesia. Namun, penting untuk diingat bahwa pandangan mengenai seseorang, terutama dalam peran publik, dapat bervariasi dan memiliki konsekuensi yang kompleks.
Rocky Gerung adalah seorang intelektual yang dikenal karena pandangannya yang tajam dan sering kontroversial dalam berbagai isu politik dan sosial. Meskipun ia telah menunjukkan kritisisme terhadap beberapa isu di Indonesia, termasuk isu-isu ketidakadilan, kritiknya juga memiliki banyak penggemar dan kritikus. Oleh karena itu, sebelum mengadvokasi kehadiran Rocky Gerung atau sosok lain dalam perjuangan di Papua, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan:
1. **Konteks Papua:** Situasi di Papua memiliki aspek yang sangat kompleks, termasuk isu hak asasi manusia, otonomi, dan hak-hak masyarakat adat. Pengenalan sosok seperti Rocky Gerung haruslah mempertimbangkan sensitivitas dan kompleksitas unik dari situasi di Papua.
2. **Representasi dan Partisipasi Lokal:** Saat mendiskusikan perjuangan di Papua, penting untuk memberi suara kepada masyarakat lokal, aktivis, dan pemimpin yang telah aktif dalam memperjuangkan hak-hak dan keadilan bagi penduduk Papua. Mendengarkan dan memahami perspektif mereka adalah kunci dalam membangun solusi yang berkelanjutan dan adil.
3. **Keterlibatan Intelektual dan Aktivis:** Mendukung intelektual dan aktivis yang memiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip keadilan, hak asasi manusia, dan penegakan hukum adalah hal yang positif. Namun, penting untuk memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang situasi khusus di Papua dan komitmen untuk bekerja secara konstruktif dengan berbagai pihak yang terlibat.
4. **Ruang Dialog dan Kolaborasi:** Solusi jangka panjang untuk isu di Papua memerlukan ruang dialog, partisipasi berbagai pihak, dan kolaborasi lintas sektor. Memastikan keterlibatan seluruh stakeholder, termasuk masyarakat lokal, pemimpin adat, aktivis, dan tokoh intelektual, akan membantu membangun solusi yang lebih holistik.
5. **Bertanggung Jawab dalam Pernyataan dan Tindakan:** Ketika membahas tokoh publik dan peran mereka dalam masyarakat, penting untuk mengedepankan tanggung jawab dalam pernyataan dan tindakan. Kritik dan advokasi harus disampaikan dengan rasa hormat dan pertimbangan terhadap berbagai perspektif.
Secara keseluruhan, mengadvokasi peran tokoh publik dalam perjuangan untuk keadilan dan penegakan hukum yang adil adalah langkah yang kompleks dan penting. Namun, perlu dilakukan dengan pemahaman mendalam tentang situasi, sensitivitas lokal, dan komitmen terhadap dialog dan kolaborasi yang konstruktif.
"Sekian informasi dari kami mengenai isu-isu penting di Papua. Sebagai bagian dari upaya pemahaman yang lebih luas, marilah kita terus mendialogkan pandangan dari berbagai tokoh, termasuk pandangan-pandangan tajam yang seringkali dihadirkan oleh intelektual seperti Rocky Gerung. Kita berharap diskusi ini dapat membawa kita menuju solusi yang lebih baik, menjaga hak-hak masyarakat Papua, dan tetap menghormati integritas dan persatuan bangsa Indonesia.