A.PENGERTIAN
Keterampilan berasal dari kata terampil yang bermakna cakap
atau mampu dalam cekatan. Kata terampil mendapat imbuhan ke-an menjadi
keterampilan yang bermakna 'kecakapan atau kemampuan dan kecekatan'. Keterampilan berbahasa
adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat meliputi
mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Telah kami mengetahui dalam pembahasan hakihat bahasa sebagai alat
komunikasi dan cerminan Budaya dalam kehidupan manusia baca juga : http://literaturepapuan.blogspot.com/2024/12/bahasa-sebagai-alat-komunikasi-dan.html sebelumnya bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik
lisan maupun tulisan untuk menyampaikan pesan.
Dengan demikian, keterampil berbahasa artinya bahwa terampil menggunakan setiap bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
❝Keterampilan berbahasa lisan
meliputi menyimak dan berbicara sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi
membaca dan menulis.❞
Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca
bersifat reseptif, ya itu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh
pembicara atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif,
artinya bahwa menghasilkan bicaraan atau tulisan.
Menyimak
dan membaca adalah reseptif sedangkan berbicara dan menulis adalah produktif
maka menyimak apa yang benar dan menulis apa yang adil. ~ Literature papua
Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan topik memilih kata-kata membaca kembali apa yang ditulisnya memikirkannya mempertimbangkannya dan memperbaikinya.
Sifat
keterampilan berbahasa
Lisan
=Menyimak & Tulis = membaca & Sifat =reseptif
Lisan = berbicara & Tulis = menulis & Sifat =produktif
B. Keterampilan
reseptif
1.Menyimak
Menyimak
dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan adalah kegiatan berbahasa
dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan pembicara dengan pengertian itu,
dampak bahwa menyimak berbeda dengan mendengar.
Setiap
orang memiliki alat pendengaran yang sehat pasti dapat mendengar segala macam
bunyi dan suara dengan baik, artinya alat dengar berfungsi membantu setiap
makhluk (manusia dan hewan) mendengar bunyi-bunyi yang keluar dari berbagai
sumber dan arah. Jika ada bunyi benda meledak tidak hanya manusia yang dapat
mendengar, hewan lain pun dapat mendengar kicauan burung tersebut.
Demikian
pula halnya dengan mendengar bahasa, jika seseorang hanya mendengar ujaran
orang lain, apakah berarti dia hanya mendengar bunyi-bunyi ujar tersebut tanpa
tahu maksud atau makna yang tergantung di dalamnya? Lalu apa bedanya menyimak
atau mendengarkan?
Menyimak dan
mendengarkan memang menggunakan alat
yang sama, ya itu alat dengar, namun menyimak berbeda dengan mendengar, yakni
menyimak memiliki tujuan, sedangkan mendengar tidak. (Targan 1980)
Mencontohkan
ungkapan tentang menyimak “Hat holehen,
angge Famen, hat we temtoho holehen fug” yang artinya memang didengarnya,
tetapi tidak disimaknya” para orang tua sering menasehati putra-putrinya sebagi
berikut “kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekadar didengar, masuk
telinga kiri keluar telinga kanan” artinya, jika orang tua memberi nasihat
diperhatikan dan diterapkan.
Penjelasan
di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara mendengar dan
mendengarkan atau menyimak dengan konsentrasi. Dalam bahasa Inggris padanan
mendengar adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen atau hearing dan
listening.
Di dalam
menyimak orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya tetapi juga harus
berkonsentrasi serta menggunakan sikap-sikap positif, baik terhadap pembicara
maupun bahan pembicaraan.
Sikap positif
terhadap bahan simakan atau pembicaraan akan membantu penyimak berkonsentrasi
dalam memahami simakan. Jika sebelum menyimak seseorang sudah tidak menyenangi topik
pembicaraan, ia tidak akan melakukan kegiatan menyimak dengan sungguh-sungguh,
yang terjadi adalah ia hanya mendengar saja atau menjadi penyimak pasif. Hal
yang sama akan terjadi jika penyimak tidak menyukai pembicaranya. Apapun yang
disampaikan pembicara akan dinilai tidak baik oleh penyimak sehingga kegiatan
menyimak pun menjadi tidak efektif.
Menyimak
bersifat interaktif dan non imperatif. Menyimak interaktif adalah menyimak
Dengan melakukan tanya jawab dengan pembicara atau dengan menyimak yang lain.
Artinya kegiatan menyimak interaktif dapat dilakukan secara dua arah dan multi
Arah. Kegiatan menyimak interaktif sering kita saksikan atau kita lakukan
contohnya kegiatan kita menyimak atau mendengarkan penjelasan guru di kelas
ceramah atau khotbah oleh para pemimpin agama dan majelis-majelis agung atau dalam pidato pemimpin
dalam kegiatan diskusi atau musyawarah dan menyimak interaktif jarak jauh
terjadi ketika pelaku bahasa melakukan kegiatan telepon.
Menyimak
non interaktif adalah kegiatan menyimak yang tidak disertai dengan tanya jawab
atau interaktif antara pembicara dan penyimak. Kegiatan ini kita lakukan ketika
mendengarkan siaran radio atau televisi siaran berita promosi atau iklan lawak
dan sebagainya.
Pada
kegiatan tatap muka juga sering kita lakukan menyimak non interaktif seperti
mendengarkan pidato ceramah yang tidak disertai dengan tanya jawab atau
mendengarkan nasihat Anda dapat mencari contoh lain tentang kegiatan menyimak
interaksi dengan noninteraktif yang mudah anda pahami sesuai preferensi nada.
2. Membaca
Sebagaimana
menyimak, membaca adalah kegiatan berbahasa dalam rangka memahami pesan. Jika
pada menyimak pesan yang berusaha dipahami disampaikan secara lisan, maka pesan
yang dipahami oleh pembaca adalah pesan yang disampaikan melalui tulisan.
Artinya, keterampilan membaca tergolong ke dalam keterampilan berbahasa
tulis.
Banyak
keterampilan membaca yang dapat dimiliki oleh setiap orang, namun pada
kesempatan ini literature papua akan berbagi tentang keterampilan yang Anda
pelajari dan Anda latih adalah keterampilan yang sesuai dengan yang Anda
butuhkan, yaitu keterampilan membaca pemahaman.
Bloom
(2001) menerjemahkan pemahaman sebagai suatu proses dalam rangka mengetahui isi
sebuah komunikasi atau gagasan yang dikomunikasikan baik dalam bentuk lisan
maupun tulis. Di dalam pemahaman terdapat unsur tujuan, sikap, dan respons yang
dapat mewakili sesuatu pengertian dari pesan yang disampaikan.
Smith
(dalam Solkhan, 1987) membagi pemahaman dalam membaca menjadi empat kategori,
yaitu (1) membaca pemahaman literal, (2) membaca interpretasi, (3) membaca
kritis, dan (4) membaca kreatif. Penjelasan tentang keempat kategori pemahaman
ini anda dapat membaca secara lebih rinci dibawah ini.
a. Membaca Pemahaman Literal
Pemahaman
literal merupakan keterampilan memahami yang paling sederhana atau paling dasar
karena hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini merupakan
keterampilan menemukan makna kata dan kalimat dalam konteks secara langsung.
Contoh: bagaimana pembaca memahami isi bacaan jika ada teks sebagai berikut.
"Indonesia
berhasil mengatasi masalah para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang selama ini
tidak terselesaikan, yaitu banyaknya para TKI yang bekerja ke berbagai negara
tetangga melalui cara-cara yang ilegal. Para TKI itu masuk ke negara tetangga
Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara lainnya dengan tidak memenuhi
persyaratan administrasi yang berlaku. Sekarang Indonesia telah berhasil
menerbitkan para TKI tersebut. Setiap calon TKI diperiksa kelengkapan
administrasinya, oknum-oknum yang memberangkatkan TKI ke luar negeri dengan
cara ilegal mendapat perhatian ekstra ketat. Setiap oknum yang diketahui
mengambil manfaat secara menipu para TKI akan segera ditindak tegas. Sekarang
kita boleh merasa bangga karena tahun ini pemerintah akan mengirimkan sekitar
3500 TKI ke berbagai negara tetangga. Demikian para pemirsa laporan kami dari
Menteri Tenaga Kerja ini membanggakan atau menyedihkan. Terima kasih atas
perhatian Anda."
Setelah
Anda memahami penjelasan tentang tingkat pemahaman membaca, coba Anda tuliskan
penjelasan tentang membaca kreatif. Apakah Anda tergolong pembaca kreatif?
Demikian
Saudara yang budiman, untuk memiliki keterampilan membaca tingkat kreatif
sebagaimana dipaparkan di atas, Anda dapat belajar dan berlatih melalui
bergabung bersama kami literature papua yang membahas keterampilan ini secara
mendalam pada pembahasan berikutnya.
b.Membaca Interpretasi
Pembahasan
tingkat kedua ini adalah pemahaman yang melibatkan keterampilan berpikir yang
diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara
eksplisit dinyatakan dalam teks. Untuk dapat menemukan makna yang implisit ini,
keterampilan berpikir pembaca meliputi kemampuan menggeneralisasi, menentukan
hubungan sebab akibat, mengidentifikasi motif-motif penulis, menemukan hubungan
antarbagian teks, memprediksi kesimpulan, dan membuat perbandingan.
Mari kita
gunakan lagi contoh wacana di atas (pemahaman literal). Pembaca yang berada
pada tingkat pemahaman interpretasi akan menggunakan keterampilan berpikirnya,
menggunakan pengetahuannya tentang masalah negara yang berkaitan dengan TKI
(menggeneralisasi), kesulitan yang dihadapi para TKI di negara orang (hubungan
sebab akibat), karakter orang Indonesia baik TKI maupun oknum penyalur tenaga
kerja (mengidentifikasi motif), menemukan ide pokok antarkalimat dan
antarparagraf (menemukan hubungan antarparagraf), dan menyimpulkan serta
membuat perbandingan jika ada.
c.Membaca Kritis
Keterampilan
membaca kritis adalah keterampilan membaca yang dimiliki oleh pembaca yang
tidak hanya mampu memaknai bacaan secara literal dan menginterpretasikannya.
Pembaca pada kategori ini juga mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu
menilai secara kritis gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan juga
kesahihan apa yang dibacanya.
Masih
dengan contoh teks yang sama di atas. Pembaca kritis pasti memahami atau mampu
menangkap isi teks secara literal atau apa adanya. Pembaca kritis juga mampu menangkap
makna implisit atau makna yang terkandung di balik teks tersebut atau disebut
makna tersirat. Lebih dari itu, pembaca kritis juga mampu menilai teks tersebut
secara keseluruhan. Misalnya, pembaca dapat menilai kesahihan atau kebenaran
teks tersebut, artinya pembaca menilai betul bahwa teks laporan reporter
tersebut benar adanya, yaitu ada fakta bahwa seluruh TKI yang berangkat ke
negara tetangga dibekali dengan berkas-berkas administrasi yang cukup atau
legal. Benar bahwa ada 3500 TKI yang menjadi pekerja baru di negara-negara
tetangga.
Pembaca
kritis juga mampu menilai kebermanfaatan teks, baik atau buruknya teks tersebut
bagi pembaca. Misalnya, pembaca berpendapat bahwa komentar pelapor yang
menanyakan pemirsa tentang apakah informasi tersebut menjadi sesuatu yang
membanggakan atau menyedihkan merupakan suatu gagasan yang sangat baik karena
mengundang pembaca untuk berpikir.
Jadi,
pembaca kritis adalah pembaca yang menggunakan lebih banyak kemampuan
berpikirnya, pengetahuan, dan pengalamannya.
d.Membaca Kreatif
Keterampilan
membaca kreatif merupakan keterampilan membaca yang berada pada tingkat paling
tinggi. Di samping memiliki kemampuan yang dimiliki oleh pembaca pada tingkat
pemahaman literal, interpretasi, dan kemampuan berpikir kritis, pembaca
kategori ini mampu menerapkan gagasan-gagasan yang ada pada teks atau bacaan ke
situasi baru; mengombinasikan gagasan yang dimiliki pembaca dengan gagasan yang
terdapat dalam teks; dan mampu memperluas konsep-konsep yang terdapat dalam
teks yang dibacanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif
berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam teks.
Bagaimana
contoh pembaca yang kreatif tersebut? Kita kembali pada teks yang sama di atas.
Setelah membaca teks tersebut, dengan kemampuan berpikir, pengetahuan, dan
pengalaman yang dimilikinya tentang isi teks tersebut, serta keterampilan
menulis yang dimilikinya, pembaca secara kreatif menuangkan gagasan baru
melalui tulisannya sebagai berikut:
"Suatu
kemajuan telah dicapai oleh pemerintah kita dalam hal mengatasi masalah tenaga
kerja Indonesia yang telah bertahun bahkan berpuluh tahun tidak dapat
diselesaikan. Tahun ini merupakan tahun cemerlang bagi Departemen Tenaga Kerja
yang telah mampu menumpas oknum-oknum pengiriman TKI ke luar negeri. Tiga ribu
lima ratus tenaga kerja telah disebar ke berbagai negara, suatu kemajuan yang
sangat luar biasa. Negara kita juga menjadi bersih dari orang-orang rakus yang
mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan kesulitan dan penderitaan orang
lain."
"Apakah
tiga ribu lima ratus orang Indonesia bekerja di negara orang sebagai pembantu
rumah tangga, tukang kebun, sopir, kuli bangunan, dapat dikatakan sebagai suatu
kebanggaan? Bukankah jenis pekerjaan itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak
beda dengan pekerjaan yang paling rendah? Apakah kita, saudara-saudara mereka
tidak mampu menyediakan pekerjaan seperti itu? Apakah mereka, tenaga-tenaga
kerja itu harus terhina di negeri orang dengan bangsa lain dibandingkan dengan
bangsa sendiri? Mereka, para pekerja itu seharusnya diberi penghormatan, bukan
hanya menjual tenaga mereka, tetapi mereka juga menjual kehormatan bangsa
Indonesia. Jangan lupa bahwa mereka juga sebenarnya telah mempertaruhkan nyawa
mereka secara sia-sia."
"Para
pejabat, jangan Anda menganggap diri Anda hebat sebagai pemimpin jika belum
mampu memaknai masalah ini lebih mendalam. Mengeskpor TKI ke luar negeri
mungkin akan menghasilkan devisa yang besar, tetapi memiliki kerugian yang jauh
lebih besar. Jika para pekerja itu tidak mampu mendapatkan kehidupan kembali,
mereka akan menangis, mereka sangat terpukul dengan keadaan seperti ini. Dan
seterusnya ...."
C. KETERAMPILAN PRODUKTIF
1.
Berbicara
Saudara,
kegiatan berbicara yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan kegiatan ilmiah,
bukan berbicara sebagaimana orang-orang berbicara dalam situasi nonformal,
seperti mengobrol atau kongko-kongko kata orang Jakarta. Berbicara yang
diuraikan pada bahan ajar ini adalah kegiatan berbicara dalam rangka memperoleh
dan menyampaikan pengetahuan dalam rangka mempraktikkan keterampilan
berbahasa.
Jenis-jenis
kegiatan berbicara yang biasa dilakukan pelajar/mahasiswa adalah diskusi, seminar,
memberi sambutan atau pidato, melakukan wawancara untuk memperoleh informasi,
dan lain-lain.
Berbicara
adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain (penyimak) dengan media
bahasa lisan. Suhendar (1992:20) mendefinisikan berbicara adalah proses
perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran.
Sebagai
suatu proses tentu banyak alat dan cara yang diperlukan dalam melakukan
kegiatan berbicara. Alat utama yang digunakan orang dalam melakukan kegiatan
berbicara adalah alat-alat ucap yang meliputi seluruh bagian mulut (bibir,
lidah, langit-langit keras, langit-langit lunak, gigi, tenggorokan, anak tekak,
pita suara), paru-paru, dan ujung hidung. Jika satu dari sekian alat-alat ucap
tersebut ada yang tidak sehat, akan memengaruhi pelaksanaan ujaran dan
pembicara.
Kegiatan
berbicara yang baik dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan,
pembicara harus menetapkan tujuan, mengumpulkan referensi, menyusun kerangka,
dan melakukan latihan. Pada tahap pelaksanaan, pembicara melalui tahapan
membuka pembicaraan, menyampaikan gagasan, dan menutup pembicaraan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan cara mendengarkan kembali kegiatan berbicara jika dibuat
rekaman ketika berbicara atau meminta masukan dari pendengar, khususnya teman
yang mendengarkan apa dan bagaimana kita berbicara.
Keterampilan
berbicara sama dengan keterampilan berbahasa yang lain (menyimak, membaca, dan
menulis) yang memerlukan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan berpikir yang
memadai. Setiap orang dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik, asal
bersungguh-sungguh belajar untuk memahami konsep tentang berbicara dan
melakukan latihan secara berkesinambungan.
Pada modul
berikutnya, yaitu modul yang khusus membahas tentang keterampilan berbicara,
Anda akan mempelajari dan berlatih berbicara yang berkaitan dengan kepentingan
Anda sebagai mahasiswa.
2. Menulis
Menulis
adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif. Jika pada
keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan, atau buah pikiran
dengan menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan disampaikan penulis melalui
bahasa tulisan.
Seperti
halnya pada berbicara, menulis juga memerlukan proses. Untuk memperoleh tulisan
yang baik, penulis juga harus melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap prapenulisan
(prewriting), tahap penulisan (writing), dan tahap pascapenulisan
(postwriting).
Pada tahap
prapenulisan atau tahap persiapan, penulis melakukan kegiatan menentukan topik,
mengorganisasikan tulisan, menentukan sasaran atau pembaca, mengumpulkan
informasi, dan menyusun kerangka karangan. Pada tahap penulisan, penulis mulai
menyusun tulisan atau melakukan kegiatan menulis. Tulisan penulis pada tahap
ini masih dalam bentuk draft atau buram. Setelah tulisan dianggap selesai,
penulis masuk pada tahap pascapenulisan, yaitu membaca ulang tulisan,
memperbaikinya dengan cara menambah atau mengurangi dan memperbaiki tulisan
yang bersifat mekanis sampai dianggap tulisan benar-benar final.
Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa "Menulis merupakan suatu proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir, menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya, memikirkannya, mempertimbangkannya, dan memperbaikinya.”
Saudara,
keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara yang mudah atau sekali
jadi. Richek, dkk., (1989) mengungkapkan bahwa “Penulis yang baik tidak
menghasilkan tulisan dengan cara yang mudah atau sekali jadi, melainkan melalui
tahapan-tahapan yang panjang.”
Pernyataan
yang sama juga diungkapkan oleh Hock (1999), “Menulis atau mengarang adalah
suatu kemahiran berbahasa yang kompleks yang memerlukan kemahiran berbahasa
yang lain (menyimak, berbicara, dan membaca).”
D.IMPLEMENTATIF SEBAGAI PENUTUP
❝❞Pengetahuan itu seperti udara, ia begitu banyak
di sekeliling kita; Anda bisa mendapatkannya di manapun dan kapanpun❞~Aristoteles
Aristoteles
menekankan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang melimpah dan selalu tersedia
bagi siapa saja yang ingin mencarinya. Namun, seperti udara, hanya mereka yang
sadar dan peduli akan pentingnya pengetahuan yang benar-benar memanfaatkannya.
"Bayangkan
udara yang kita hirup setiap saat. Ia ada di mana-mana, tidak pernah habis, dan
memberi kita kehidupan. Namun, banyak orang yang tidak menyadari keberadaannya
karena terlalu biasa dan mudah diakses. Begitu pula dengan pengetahuan. Ia ada
di sekitar kita di buku, percakapan, pengalaman, bahkan dalam kesalahan yang
kita buat. Pengetahuan tidak terbatas pada ruang kelas atau perpustakaan; ia
tersembunyi dalam setiap aspek kehidupan, hanya menunggu untuk ditemukan."
Aristoteles mengingatkan bahwa dunia ini
adalah ruang belajar tanpa batas. Setiap hari adalah peluang untuk belajar
sesuatu yang baru, jika kita cukup peka untuk melihat dan cukup haus untuk
mencarinya. Pengetahuan tidak membutuhkan batas waktu atau tempat; ia hadir
kapan saja bagi mereka yang terbuka untuk menerimanya.
Namun,
seperti udara yang harus kita hirup untuk bertahan hidup, pengetahuan hanya
akan memberi manfaat jika kita menyerapnya. Jika kita mengabaikan pengetahuan
di sekitar kita, itu seperti menutup hidung di tengah udara yang melimpah kita
kehilangan kesempatan untuk bertumbuh.
Aristoteles
mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap pelajaran yang ditawarkan oleh
kehidupan. Terkadang, pengetahuan datang dari hal-hal kecil: percakapan
sederhana dengan orang tua, merenungi kesalahan, atau mengamati alam. Dengan
mata yang terbuka dan pikiran yang siap, kita bisa menemukan pengetahuan di
mana pun, bahkan di tempat yang tidak terduga.
Maka,
seperti udara yang menjadi kebutuhan, jadikanlah pengetahuan sebagai sesuatu
yang selalu Anda cari dan hirup setiap saat. Karena pengetahuan bukan hanya
alat untuk memahami dunia, tetapi juga untuk memperkaya hidup Anda. Hiduplah
dengan kesadaran bahwa pengetahuan selalu ada di sekitar Anda, siap untuk
diambil, kapan pun Anda memilih untuk mencarinya.
Sebagai
penutup dari pembahasan mengenai keterampilan berbahasa, dapat kmai simpulkan
bahwa keterampilan berbahasa adalah fondasi utama dalam komunikasi yang
efektif. Baik keterampilan reseptif seperti menyimak dan membaca, maupun
keterampilan produktif seperti berbicara dan menulis, semuanya saling mendukung
dalam membentuk individu yang mampu menyampaikan dan menerima pesan dengan
baik. Masing-masing keterampilan ini memiliki peran penting dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam konteks pribadi, akademik, maupun profesional.
Sebagai pembelajar bahasa, kita harus memahami bahwa setiap keterampilan berbahasa memerlukan latihan dan pemahaman mendalam. Proses pembelajaran bahasa adalah perjalanan yang tidak hanya mengasah teknik, tetapi juga membuka pemahaman baru tentang budaya, ide, dan pengalaman manusia. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles, pengetahuan ada di sekitar kita, dan keterampilan berbahasa adalah kunci untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Melalui
latihan terus-menerus dan refleksi terhadap cara kita berbahasa, kita dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa kita dan pada akhirnya menjadi komunikator
yang lebih efektif. Dengan demikian, keterampilan berbahasa bukan hanya alat
untuk bertukar informasi, tetapi juga sarana untuk memperkaya pemahaman dan
membangun hubungan yang lebih baik antar sesama.
"Pendidikan bukanlah tentang mengisi ember, tetapi menyalakan api."~ Paulo Freire
Oleh Literature
papua.com