Keterampilan Berbahasa: Membangun Kemampuan Komunikasi dari Perspektif Literature Papua

 


Literature papua.com - Bahasa adalah jendela dunia, yang memungkinkan kita untuk menghubungkan diri dengan orang lain, menyampaikan pemikiran, serta memahami berbagai budaya yang ada di sekitar kita. Dalam konteks masyarakat Papua, bahasa menjadi lebih dari sekadar alat komunikasi; ia adalah penjaga warisan budaya dan identitas. Menguasai keterampilan berbahasa, baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan, bukan hanya membuka kesempatan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga mempererat hubungan antarindividu, memperkaya wawasan, dan memperdalam pemahaman kita terhadap dunia. Oleh karena itu, memahami peran bahasa dalam membangun komunikasi yang efektif sangatlah penting, terutama dalam masyarakat yang begitu kaya akan keberagaman seperti Papua.

A.PENGERTIAN

Keterampilan berasal dari kata terampil yang bermakna cakap atau mampu dalam cekatan. Kata terampil mendapat imbuhan ke-an menjadi keterampilan yang bermakna 'kecakapan atau kemampuan dan kecekatan'. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat meliputi mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Telah  kami mengetahui dalam pembahasan hakihat bahasa sebagai alat komunikasi dan cerminan Budaya dalam kehidupan manusia  baca juga : http://literaturepapuan.blogspot.com/2024/12/bahasa-sebagai-alat-komunikasi-dan.html  sebelumnya bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan pesan.

Dengan demikian, keterampil berbahasa artinya bahwa  terampil menggunakan setiap bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

Keterampilan berbahasa lisan meliputi menyimak dan berbicara sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis.

Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif, ya itu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya bahwa menghasilkan bicaraan atau tulisan.

Menyimak dan membaca adalah reseptif sedangkan berbicara dan menulis adalah produktif maka menyimak apa yang benar dan menulis apa yang adil. ~ Literature papua

Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan topik memilih kata-kata membaca kembali apa yang ditulisnya memikirkannya mempertimbangkannya dan memperbaikinya.

Sifat keterampilan berbahasa

Lisan =Menyimak & Tulis = membaca & Sifat =reseptif

Lisan = berbicara & Tulis = menulis & Sifat =produktif

B. Keterampilan reseptif

1.Menyimak

Menyimak dalam kurikulum sekolah digunakan istilah mendengarkan adalah kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan pembicara dengan pengertian itu, dampak bahwa menyimak berbeda dengan mendengar.

Setiap orang memiliki alat pendengaran yang sehat pasti dapat mendengar segala macam bunyi dan suara dengan baik, artinya alat dengar berfungsi membantu setiap makhluk (manusia dan hewan) mendengar bunyi-bunyi yang keluar dari berbagai sumber dan arah. Jika ada bunyi benda meledak tidak hanya manusia yang dapat mendengar, hewan lain pun dapat mendengar kicauan burung tersebut.

Demikian pula halnya dengan mendengar bahasa, jika seseorang hanya mendengar ujaran orang lain, apakah berarti dia hanya mendengar bunyi-bunyi ujar tersebut tanpa tahu maksud atau makna yang tergantung di dalamnya? Lalu apa bedanya menyimak atau mendengarkan?

Menyimak dan  mendengarkan memang menggunakan alat yang sama, ya itu alat dengar, namun menyimak berbeda dengan mendengar, yakni menyimak memiliki tujuan, sedangkan mendengar tidak. (Targan 1980)

Mencontohkan ungkapan  tentang menyimak “Hat holehen, angge Famen, hat we temtoho holehen fug” yang artinya memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya” para orang tua sering menasehati putra-putrinya sebagi berikut “kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekadar didengar, masuk telinga kiri keluar telinga kanan” artinya, jika orang tua memberi nasihat diperhatikan dan diterapkan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara mendengar dan mendengarkan atau menyimak dengan konsentrasi. Dalam bahasa Inggris padanan mendengar adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen atau hearing dan listening.

Di dalam menyimak orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya tetapi juga harus berkonsentrasi serta menggunakan sikap-sikap positif, baik terhadap pembicara maupun bahan pembicaraan.

Sikap positif terhadap bahan simakan atau pembicaraan akan membantu penyimak berkonsentrasi dalam memahami simakan. Jika sebelum menyimak seseorang sudah tidak menyenangi topik pembicaraan, ia tidak akan melakukan kegiatan menyimak dengan sungguh-sungguh, yang terjadi adalah ia hanya mendengar saja atau menjadi penyimak pasif. Hal yang sama akan terjadi jika penyimak tidak menyukai pembicaranya. Apapun yang disampaikan pembicara akan dinilai tidak baik oleh penyimak sehingga kegiatan menyimak pun menjadi tidak efektif.

Menyimak bersifat interaktif dan non imperatif. Menyimak interaktif adalah menyimak Dengan melakukan tanya jawab dengan pembicara atau dengan menyimak yang lain. Artinya kegiatan menyimak interaktif dapat dilakukan secara dua arah dan multi Arah. Kegiatan menyimak interaktif sering kita saksikan atau kita lakukan contohnya kegiatan kita menyimak atau mendengarkan penjelasan guru di kelas ceramah atau khotbah oleh para pemimpin agama dan  majelis-majelis agung atau dalam pidato pemimpin dalam kegiatan diskusi atau musyawarah dan menyimak interaktif jarak jauh terjadi ketika pelaku bahasa melakukan kegiatan telepon.

Menyimak non interaktif adalah kegiatan menyimak yang tidak disertai dengan tanya jawab atau interaktif antara pembicara dan penyimak. Kegiatan ini kita lakukan ketika mendengarkan siaran radio atau televisi siaran berita promosi atau iklan lawak dan sebagainya.

Pada kegiatan tatap muka juga sering kita lakukan menyimak non interaktif seperti mendengarkan pidato ceramah yang tidak disertai dengan tanya jawab atau mendengarkan nasihat Anda dapat mencari contoh lain tentang kegiatan menyimak interaksi dengan noninteraktif yang mudah anda pahami sesuai preferensi nada.

2. Membaca

Sebagaimana menyimak, membaca adalah kegiatan berbahasa dalam rangka memahami pesan. Jika pada menyimak pesan yang berusaha dipahami disampaikan secara lisan, maka pesan yang dipahami oleh pembaca adalah pesan yang disampaikan melalui tulisan. Artinya, keterampilan membaca tergolong ke dalam keterampilan berbahasa tulis. 

Banyak keterampilan membaca yang dapat dimiliki oleh setiap orang, namun pada kesempatan ini literature papua akan berbagi tentang keterampilan yang Anda pelajari dan Anda latih adalah keterampilan yang sesuai dengan yang Anda butuhkan, yaitu keterampilan membaca pemahaman. 

Bloom (2001) menerjemahkan pemahaman sebagai suatu proses dalam rangka mengetahui isi sebuah komunikasi atau gagasan yang dikomunikasikan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Di dalam pemahaman terdapat unsur tujuan, sikap, dan respons yang dapat mewakili sesuatu pengertian dari pesan yang disampaikan.

Smith (dalam Solkhan, 1987) membagi pemahaman dalam membaca menjadi empat kategori, yaitu (1) membaca pemahaman literal, (2) membaca interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) membaca kreatif. Penjelasan tentang keempat kategori pemahaman ini anda dapat membaca secara lebih rinci dibawah ini. 

a. Membaca Pemahaman Literal

Pemahaman literal merupakan keterampilan memahami yang paling sederhana atau paling dasar karena hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini merupakan keterampilan menemukan makna kata dan kalimat dalam konteks secara langsung. Contoh: bagaimana pembaca memahami isi bacaan jika ada teks sebagai berikut. 

"Indonesia berhasil mengatasi masalah para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang selama ini tidak terselesaikan, yaitu banyaknya para TKI yang bekerja ke berbagai negara tetangga melalui cara-cara yang ilegal. Para TKI itu masuk ke negara tetangga Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara lainnya dengan tidak memenuhi persyaratan administrasi yang berlaku. Sekarang Indonesia telah berhasil menerbitkan para TKI tersebut. Setiap calon TKI diperiksa kelengkapan administrasinya, oknum-oknum yang memberangkatkan TKI ke luar negeri dengan cara ilegal mendapat perhatian ekstra ketat. Setiap oknum yang diketahui mengambil manfaat secara menipu para TKI akan segera ditindak tegas. Sekarang kita boleh merasa bangga karena tahun ini pemerintah akan mengirimkan sekitar 3500 TKI ke berbagai negara tetangga. Demikian para pemirsa laporan kami dari Menteri Tenaga Kerja ini membanggakan atau menyedihkan. Terima kasih atas perhatian Anda." 

Setelah Anda memahami penjelasan tentang tingkat pemahaman membaca, coba Anda tuliskan penjelasan tentang membaca kreatif. Apakah Anda tergolong pembaca kreatif? 

Demikian Saudara yang budiman, untuk memiliki keterampilan membaca tingkat kreatif sebagaimana dipaparkan di atas, Anda dapat belajar dan berlatih melalui bergabung bersama kami literature papua yang membahas keterampilan ini secara mendalam pada pembahasan berikutnya.

b.Membaca Interpretasi

Pembahasan tingkat kedua ini adalah pemahaman yang melibatkan keterampilan berpikir yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Untuk dapat menemukan makna yang implisit ini, keterampilan berpikir pembaca meliputi kemampuan menggeneralisasi, menentukan hubungan sebab akibat, mengidentifikasi motif-motif penulis, menemukan hubungan antarbagian teks, memprediksi kesimpulan, dan membuat perbandingan. 

Mari kita gunakan lagi contoh wacana di atas (pemahaman literal). Pembaca yang berada pada tingkat pemahaman interpretasi akan menggunakan keterampilan berpikirnya, menggunakan pengetahuannya tentang masalah negara yang berkaitan dengan TKI (menggeneralisasi), kesulitan yang dihadapi para TKI di negara orang (hubungan sebab akibat), karakter orang Indonesia baik TKI maupun oknum penyalur tenaga kerja (mengidentifikasi motif), menemukan ide pokok antarkalimat dan antarparagraf (menemukan hubungan antarparagraf), dan menyimpulkan serta membuat perbandingan jika ada. 

c.Membaca Kritis 

Keterampilan membaca kritis adalah keterampilan membaca yang dimiliki oleh pembaca yang tidak hanya mampu memaknai bacaan secara literal dan menginterpretasikannya. Pembaca pada kategori ini juga mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu menilai secara kritis gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan juga kesahihan apa yang dibacanya. 

Masih dengan contoh teks yang sama di atas. Pembaca kritis pasti memahami atau mampu menangkap isi teks secara literal atau apa adanya. Pembaca kritis juga mampu menangkap makna implisit atau makna yang terkandung di balik teks tersebut atau disebut makna tersirat. Lebih dari itu, pembaca kritis juga mampu menilai teks tersebut secara keseluruhan. Misalnya, pembaca dapat menilai kesahihan atau kebenaran teks tersebut, artinya pembaca menilai betul bahwa teks laporan reporter tersebut benar adanya, yaitu ada fakta bahwa seluruh TKI yang berangkat ke negara tetangga dibekali dengan berkas-berkas administrasi yang cukup atau legal. Benar bahwa ada 3500 TKI yang menjadi pekerja baru di negara-negara tetangga. 

Pembaca kritis juga mampu menilai kebermanfaatan teks, baik atau buruknya teks tersebut bagi pembaca. Misalnya, pembaca berpendapat bahwa komentar pelapor yang menanyakan pemirsa tentang apakah informasi tersebut menjadi sesuatu yang membanggakan atau menyedihkan merupakan suatu gagasan yang sangat baik karena mengundang pembaca untuk berpikir. 

Jadi, pembaca kritis adalah pembaca yang menggunakan lebih banyak kemampuan berpikirnya, pengetahuan, dan pengalamannya. 

d.Membaca Kreatif 

Keterampilan membaca kreatif merupakan keterampilan membaca yang berada pada tingkat paling tinggi. Di samping memiliki kemampuan yang dimiliki oleh pembaca pada tingkat pemahaman literal, interpretasi, dan kemampuan berpikir kritis, pembaca kategori ini mampu menerapkan gagasan-gagasan yang ada pada teks atau bacaan ke situasi baru; mengombinasikan gagasan yang dimiliki pembaca dengan gagasan yang terdapat dalam teks; dan mampu memperluas konsep-konsep yang terdapat dalam teks yang dibacanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks. 

Bagaimana contoh pembaca yang kreatif tersebut? Kita kembali pada teks yang sama di atas. Setelah membaca teks tersebut, dengan kemampuan berpikir, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya tentang isi teks tersebut, serta keterampilan menulis yang dimilikinya, pembaca secara kreatif menuangkan gagasan baru melalui tulisannya sebagai berikut: 

"Suatu kemajuan telah dicapai oleh pemerintah kita dalam hal mengatasi masalah tenaga kerja Indonesia yang telah bertahun bahkan berpuluh tahun tidak dapat diselesaikan. Tahun ini merupakan tahun cemerlang bagi Departemen Tenaga Kerja yang telah mampu menumpas oknum-oknum pengiriman TKI ke luar negeri. Tiga ribu lima ratus tenaga kerja telah disebar ke berbagai negara, suatu kemajuan yang sangat luar biasa. Negara kita juga menjadi bersih dari orang-orang rakus yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan kesulitan dan penderitaan orang lain." 

"Apakah tiga ribu lima ratus orang Indonesia bekerja di negara orang sebagai pembantu rumah tangga, tukang kebun, sopir, kuli bangunan, dapat dikatakan sebagai suatu kebanggaan? Bukankah jenis pekerjaan itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak beda dengan pekerjaan yang paling rendah? Apakah kita, saudara-saudara mereka tidak mampu menyediakan pekerjaan seperti itu? Apakah mereka, tenaga-tenaga kerja itu harus terhina di negeri orang dengan bangsa lain dibandingkan dengan bangsa sendiri? Mereka, para pekerja itu seharusnya diberi penghormatan, bukan hanya menjual tenaga mereka, tetapi mereka juga menjual kehormatan bangsa Indonesia. Jangan lupa bahwa mereka juga sebenarnya telah mempertaruhkan nyawa mereka secara sia-sia." 

"Para pejabat, jangan Anda menganggap diri Anda hebat sebagai pemimpin jika belum mampu memaknai masalah ini lebih mendalam. Mengeskpor TKI ke luar negeri mungkin akan menghasilkan devisa yang besar, tetapi memiliki kerugian yang jauh lebih besar. Jika para pekerja itu tidak mampu mendapatkan kehidupan kembali, mereka akan menangis, mereka sangat terpukul dengan keadaan seperti ini. Dan seterusnya ...." 

C. KETERAMPILAN PRODUKTIF

1. Berbicara

Saudara, kegiatan berbicara yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan kegiatan ilmiah, bukan berbicara sebagaimana orang-orang berbicara dalam situasi nonformal, seperti mengobrol atau kongko-kongko kata orang Jakarta. Berbicara yang diuraikan pada bahan ajar ini adalah kegiatan berbicara dalam rangka memperoleh dan menyampaikan pengetahuan dalam rangka mempraktikkan keterampilan berbahasa. 

Jenis-jenis kegiatan berbicara yang biasa dilakukan pelajar/mahasiswa adalah diskusi, seminar, memberi sambutan atau pidato, melakukan wawancara untuk memperoleh informasi, dan lain-lain. 

Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain (penyimak) dengan media bahasa lisan. Suhendar (1992:20) mendefinisikan berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. 

Sebagai suatu proses tentu banyak alat dan cara yang diperlukan dalam melakukan kegiatan berbicara. Alat utama yang digunakan orang dalam melakukan kegiatan berbicara adalah alat-alat ucap yang meliputi seluruh bagian mulut (bibir, lidah, langit-langit keras, langit-langit lunak, gigi, tenggorokan, anak tekak, pita suara), paru-paru, dan ujung hidung. Jika satu dari sekian alat-alat ucap tersebut ada yang tidak sehat, akan memengaruhi pelaksanaan ujaran dan pembicara. 

Kegiatan berbicara yang baik dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan, pembicara harus menetapkan tujuan, mengumpulkan referensi, menyusun kerangka, dan melakukan latihan. Pada tahap pelaksanaan, pembicara melalui tahapan membuka pembicaraan, menyampaikan gagasan, dan menutup pembicaraan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan kembali kegiatan berbicara jika dibuat rekaman ketika berbicara atau meminta masukan dari pendengar, khususnya teman yang mendengarkan apa dan bagaimana kita berbicara. 

Keterampilan berbicara sama dengan keterampilan berbahasa yang lain (menyimak, membaca, dan menulis) yang memerlukan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan berpikir yang memadai. Setiap orang dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik, asal bersungguh-sungguh belajar untuk memahami konsep tentang berbicara dan melakukan latihan secara berkesinambungan. 

Pada modul berikutnya, yaitu modul yang khusus membahas tentang keterampilan berbicara, Anda akan mempelajari dan berlatih berbicara yang berkaitan dengan kepentingan Anda sebagai mahasiswa. 

2. Menulis

Menulis adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif. Jika pada keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan, atau buah pikiran dengan menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan disampaikan penulis melalui bahasa tulisan. 

Seperti halnya pada berbicara, menulis juga memerlukan proses. Untuk memperoleh tulisan yang baik, penulis juga harus melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap prapenulisan (prewriting), tahap penulisan (writing), dan tahap pascapenulisan (postwriting). 

Pada tahap prapenulisan atau tahap persiapan, penulis melakukan kegiatan menentukan topik, mengorganisasikan tulisan, menentukan sasaran atau pembaca, mengumpulkan informasi, dan menyusun kerangka karangan. Pada tahap penulisan, penulis mulai menyusun tulisan atau melakukan kegiatan menulis. Tulisan penulis pada tahap ini masih dalam bentuk draft atau buram. Setelah tulisan dianggap selesai, penulis masuk pada tahap pascapenulisan, yaitu membaca ulang tulisan, memperbaikinya dengan cara menambah atau mengurangi dan memperbaiki tulisan yang bersifat mekanis sampai dianggap tulisan benar-benar final. 

Hafferman dan Lincoln berpendapat bahwa "Menulis merupakan suatu proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir, menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya, memikirkannya, mempertimbangkannya, dan memperbaikinya.” 

Saudara, keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara yang mudah atau sekali jadi. Richek, dkk., (1989) mengungkapkan bahwa “Penulis yang baik tidak menghasilkan tulisan dengan cara yang mudah atau sekali jadi, melainkan melalui tahapan-tahapan yang panjang.” 

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Hock (1999), “Menulis atau mengarang adalah suatu kemahiran berbahasa yang kompleks yang memerlukan kemahiran berbahasa yang lain (menyimak, berbicara, dan membaca).” 

D.IMPLEMENTATIF SEBAGAI PENUTUP

❝❞Pengetahuan itu seperti udara, ia begitu banyak di sekeliling kita; Anda bisa mendapatkannya di manapun dan kapanpun❞~Aristoteles

Aristoteles menekankan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang melimpah dan selalu tersedia bagi siapa saja yang ingin mencarinya. Namun, seperti udara, hanya mereka yang sadar dan peduli akan pentingnya pengetahuan yang benar-benar memanfaatkannya.

"Bayangkan udara yang kita hirup setiap saat. Ia ada di mana-mana, tidak pernah habis, dan memberi kita kehidupan. Namun, banyak orang yang tidak menyadari keberadaannya karena terlalu biasa dan mudah diakses. Begitu pula dengan pengetahuan. Ia ada di sekitar kita di buku, percakapan, pengalaman, bahkan dalam kesalahan yang kita buat. Pengetahuan tidak terbatas pada ruang kelas atau perpustakaan; ia tersembunyi dalam setiap aspek kehidupan, hanya menunggu untuk ditemukan."

 Aristoteles mengingatkan bahwa dunia ini adalah ruang belajar tanpa batas. Setiap hari adalah peluang untuk belajar sesuatu yang baru, jika kita cukup peka untuk melihat dan cukup haus untuk mencarinya. Pengetahuan tidak membutuhkan batas waktu atau tempat; ia hadir kapan saja bagi mereka yang terbuka untuk menerimanya.

Namun, seperti udara yang harus kita hirup untuk bertahan hidup, pengetahuan hanya akan memberi manfaat jika kita menyerapnya. Jika kita mengabaikan pengetahuan di sekitar kita, itu seperti menutup hidung di tengah udara yang melimpah kita kehilangan kesempatan untuk bertumbuh.

Aristoteles mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap pelajaran yang ditawarkan oleh kehidupan. Terkadang, pengetahuan datang dari hal-hal kecil: percakapan sederhana dengan orang tua, merenungi kesalahan, atau mengamati alam. Dengan mata yang terbuka dan pikiran yang siap, kita bisa menemukan pengetahuan di mana pun, bahkan di tempat yang tidak terduga.

Maka, seperti udara yang menjadi kebutuhan, jadikanlah pengetahuan sebagai sesuatu yang selalu Anda cari dan hirup setiap saat. Karena pengetahuan bukan hanya alat untuk memahami dunia, tetapi juga untuk memperkaya hidup Anda. Hiduplah dengan kesadaran bahwa pengetahuan selalu ada di sekitar Anda, siap untuk diambil, kapan pun Anda memilih untuk mencarinya.

Sebagai penutup dari pembahasan mengenai keterampilan berbahasa, dapat kmai simpulkan bahwa keterampilan berbahasa adalah fondasi utama dalam komunikasi yang efektif. Baik keterampilan reseptif seperti menyimak dan membaca, maupun keterampilan produktif seperti berbicara dan menulis, semuanya saling mendukung dalam membentuk individu yang mampu menyampaikan dan menerima pesan dengan baik. Masing-masing keterampilan ini memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pribadi, akademik, maupun profesional.

Sebagai pembelajar bahasa, kita harus memahami bahwa setiap keterampilan berbahasa memerlukan latihan dan pemahaman mendalam. Proses pembelajaran bahasa adalah perjalanan yang tidak hanya mengasah teknik, tetapi juga membuka pemahaman baru tentang budaya, ide, dan pengalaman manusia. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles, pengetahuan ada di sekitar kita, dan keterampilan berbahasa adalah kunci untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Melalui latihan terus-menerus dan refleksi terhadap cara kita berbahasa, kita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa kita dan pada akhirnya menjadi komunikator yang lebih efektif. Dengan demikian, keterampilan berbahasa bukan hanya alat untuk bertukar informasi, tetapi juga sarana untuk memperkaya pemahaman dan membangun hubungan yang lebih baik antar sesama.


"Pendidikan bukanlah tentang mengisi ember, tetapi menyalakan api."~ Paulo Freire

Oleh Literature papua.com

Literature papuan.com

Selamat datang di "literature papuan.com"! Kami adalah platform edukasi yang berfokus pada pendidikan bagi generasi bangsa Papua. Dengan komitmen untuk meningkatkan literasi di Papua, kami menyediakan konten yang informatif, inspiratif, dan relevan untuk mendorong perkembangan pendidikan di daerah ini. Di "literasi papua.com", kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua. Kami berkomitmen untuk memberikan akses ke pengetahuan dan informasi berkualitas melalui artikel-artikel yang menarik dan terpercaya.

Posting Komentar

berkomenterlah dengan bijaksana :

Lebih baru Lebih lama