Pembukaan:
Matius 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
Ini harus diberitakan pada dunia, karena ini adalah Jalan menuju pembebasan kepada Tuhan.
Sejarah Penyebaran Agama Kristen di Papua:
Papua memiliki sejarah yang kaya,
khususnya dalam penyebaran Agama Kristen. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua
misionaris Jerman, Carl W. Ottow dan Johan Gottlob Geissler, membawa Injil ke
Tanah Papua, tepatnya di Manokwari, Pulau Mansinam. Kedatangan mereka menjadi
bagian dari upaya memenuhi perintah Firman Allah untuk memberitakan Injil
Kerajaan di seluruh dunia. Misi ini menjadi awal penyebaran Agama Kristen di
Papua, yang tidak hanya memengaruhi aspek agama, tetapi juga budaya dan
masyarakat Papua.
Pentingnya 5 Februari bagi Masyarakat Papua:
Perayaan tanggal 5 Februari dianggap sebagai hari kemerdekaan bagi orang Papua, karena menandai kedatangan Injil di tanah ini. Peristiwa ini menciptakan warisan budaya dan agama yang terus terasa hingga saat ini. Tanah Papua dijuluki sebagai "surga yang jatuh ke bumi."
Pesan Alkitab dan Tugas Menyebarluaskan Firman:
Matius 24:14 menjadi dasar bagi misi ini, bahwa Injil Kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangsa sebelum tiba kesudahannya. Pesan ini, sesuai dengan Roma 10:12-15, menekankan pentingnya memberitakan Firman Tuhan kepada semua orang, karena pembebasan hanya dapat dicapai melalui iman kepada-Nya.
Inisiator dan Penyedia Injil bagi Orang Papua:
Johannes Gossner dan Ottho Gerhard Heldring, dua tokoh dari Jerman dan Belanda, masing-masing, berkontribusi dalam penyiaran Injil di Papua. Mereka adalah perintis yang membawa ajaran Kristen dan memiliki pandangan serupa mengenai kebenaran Firman, yang mereka anggap terpinggirkan oleh formalisme di mimbir.
Pekerja Kebun Anggur Allah bagi Orang Papua:
Johannes Gossner (1773–1858) dan Ottho Gerhard Heldring (1804–1876), yang masing-masing berasal dari Jerman dan Belanda, merupakan pekerja kebun anggur Allah yang pertama bagi orang Papua. Keduanya keluar dari lembaga keagamaan yang mereka anggap telah tersesat jauh dari sumbernya.
Perintis Jalan: Carl W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler:
Carl W. Ottow (1826–1862) dan Johann Gottlob Geissler (1830–1870) adalah dua perintis yang diutus ke Papua. Ottow, seorang pembuat layar kapal, telah mengalami perjalanan spiritual yang kuat sebelum berangkat, sementara Geissler, seorang tukang perabot, menemukan panggilannya melalui pengalaman rohani di dalam kelompok pemuda.
Keberagaman Keyakinan dan Keberanian untuk Melangkah:
Kisah Carl Ottow dan Johann Geissler menunjukkan keberagaman keyakinan dan keberanian untuk melangkah keluar dari lingkungan yang tidak mendukung panggilan rohani mereka. Keduanya menunjukkan bahwa kehidupan rohani adalah pilihan pribadi dan bukan hanya mengikuti arus.
Pengaruh Politik dan Pergolakan di Eropa:
Pergolakan politik pada tahun 1848 memainkan peran penting dalam pembentukan pandangan Geissler. Pengaruh gereja yang mendukung kekuasaan yang ada dan ketidakpuasan terhadap perubahan politik memengaruhi sikapnya terhadap dunia.
Pentingnya Keselamatan Jiwa dan Kesaksian Pribadi:
Geissler mengembangkan pandangan bahwa keselamatan jiwa individu lebih penting daripada masalah masyarakat secara keseluruhan. Sikap ini membawanya ke lapangan pekabaran Injil dengan fokus pada pribadi dan kesaksian rohani.
Kesimpulan kami:
Para pekerja kebun Anggur Allah bagi orang papua Carl W. Ottow dan Johann G. Geissler adalah bagian integral dari sejarah Papua. Kedatangan mereka membuka pintu bagi penyebaran ajaran Kristen dan membentuk fondasi iman dan budaya bagi masyarakat Papua. Pemahaman ini penting untuk memahami keragaman dan kompleksitas Papua, serta merayakan keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam perjalanan kehidupan rohani di tanah ini.
meskipun tidak mendapat dukungan rohani dari kelompoknya keagamaan di tanah papua, dengan Injil di tangan orang papua dan iman di hati orang papua, seseorang harus bisa mendapat panggilan untuk membimbing masyarakat di di tanah papua itu dengan baik kepada Allah dan Yesus.
Literature
papua.com