PAPUA AJAIB DI MATA DUNIA DARI DULU,HARI INI & BESOK


PAPUA AJAIB DI MATA DUNIA DARI DULU,HARI INI & BESOK

 Papua memiliki sejarah yang kaya, terutama dalam konteks penyebaran Agama, termasuk penyebaran Injil kerajaan Yesus kristus di Tanah Papua tepat Pada tanggal 5 Februari 1855, oleh Para pekerja kebun Anggur Allah Carl W. Ottow  dan Johan Gottlob Geissler, dua misionaris Jerman, Yang telah membawa Injil ke tanah Papua, tepatnya di Manokwari, Pulau Mansinam. Kedatangan mereka adalah bagian dari upaya untuk memenuhi perintah Firman Allah yang menyatakan bahwa Injil Kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangsa barulah tiba kesudahan-Nya.

 Misi ini merupakan awal dari penyebaran Agama Kristen di wilayah Papua. Otto dan Geissler adalah perintis yang membawa ajaran Kristen ke Tanah Papua, yang kemudian menjadi Landasan bagi perkembangan agama kristen di Tanah Papua. Penyebaran Injil di Tanah Papua tidak hanya berdampak pada aspek Agama, tetapi juga pada budaya dan masyarakat Papua secara keseluruhan.

 Sejak saat itu, Agama Kristen telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Perayaan 5 Februari ini merupakan hari kemerdekaan bagi orang papua dari proses permulaan injil terbitnya terang dan terbenamnya gelap di tanah papua Yang kami orang Papua anggap sebagai hari yang penting dalam sejarah Papua, karena menandai kedatangan Injil di tanah ini. Hal ini menciptakan warisan budaya dan agama yang tetap terasa hingga saat ini di Tanah Papua. Tanah Yang dijuluki sebagai surga Yang jatuh ke bumi.

 Matius 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."

Ini harus diberitakan pada dunia, karena ini adalah Jalan menuju pembebasan kepada Tuhan. Roma 10:12-15

 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!

 Inisiator & Penyedia injil kerajaan Allah bagi orang Papua:

1. Johannes Gossner (1773—1858)

2. Ottho Gerhard Heldring (1804—1876)

 baik penginjil dari Jerman dari kelompok Yohanes Gossner Yang memiliki pemikiran yang sama dan pengalaman yang sama begitupula  dengan penginjil dari Belanda dari kelompok Ottho Gerhard Heldring.   Yang pemikiran dalam hal kebenaran Firman yang dipinggirkan oleh formalisme di mimbir.

 1.Para pekerja kebun Anggur Allah yang pertama bagi orang papua.

Johannes Gossner (1773—1858) ditahbiskan menjadi imam gereja Katolik Roma pada bulan Oktober 1796. Tetapi orang yang berasal dari keluarga petani yang saleh itu dengan segera dapat menemukan bahwa gereja Kristus, baik gereja Katolik Roma maupun gereja Reformasi, telah tersesat jauh dari sumbernya dan bahwa kebenaran Injil: salib, dosa, pengampunan dan penebusan hampir tidak lagi dikhotbahkan dari sebuah mimbar pun. Di dalam buku hariannya, Gossner melukiskan pergolakan batinnya demikian:

"Semangat jaman dan pandangan dunia yang sejalan dengan semangat jaman ini, bagaikan suatu badai telah menutupi seluruh kehidupan rohani di Jerman. Akal-budi yang sok tahu berkuasa.

 Orang tidak mau percaya dan menerima sesuatu apapun yang tidak sesuai dengan akal dan dengan alam. Juga di dalam agama, kenyataan tidak dipersoalkan lagi, hanya pengertian-pengertian saja yang dipentingkan".

 Di Negeri Belanda keadaannya tidak berbeda. Akan tetapi di kedua negeri itu telah tumbuh kelompok-kelompok kebangunan  rohani yang kecil. Di negeri Belanda, kelompok-kelompok yang kecil ini muncul di kalangan Protestan (aliran Reveil), sedangkan di Jerman kelompok-kelompok orang-orang saleh ini timbul dalam lingkungan gereja Katolik Roma.

Pada tahun 1826 Gossner keluar dari gereja Katolik Roma dan menggabungkan diri dengan gereja Evangelisch (Protestan) di Koeningshain. Dari tahun-tahun 1829—1846 ia menjadi pendeta jemaat Betlehem di Berlin.

 Alasan : Johannes Gossner dan Ottho Gerhard Heldring berkebangsaan belandan dan beragam katolik sebagai uskup yang keluar dari institusi keagamaan katolik Roma dan Johannes Gossner  Yang bekebangsaan jerman dan beragam kristen protestan sebagai pendeta dan keluar pula dari lembaga karena di atas mimbir tidak memberitakan firman lagi tetapi semua dikuasai oleh sekulerisme di atas formalisme dan nasionalisme.

 Setelah pensiun (pada tahun 1846) Gossner mencurahkan seluruh perhatiannya kepada rumah sakit Elisabeth (semacam rumah sakit Diakones) dan kepada pendidikan pekerja-pekerja zending. Dalam tahun 1858, pada tanggal 30 Maret, setelah lama menderita, ia pun meninggal dunia.

 2. Para pekerja kebun Anggur Allah yang pertama bagi orang papua.

Ottho Gerhard Heldring (1804—1876) Pendeta muda Heldring dan pergumulannya di Nederland.

di jemaat kecil Hemmen, di Nederland, menghadapi waktu-waktu yang sulit. Di tahun-tahun 1845-1846 hama yang dahsyat melanda daerahnya, dengan akibat: penduduk berada di ambang kelaparan. Sudah jelas, demikian anggapan orang, bahwa daerah itu terlalu padat penduduknya. Bagi beribu-ribu orang masa depan tidaklah menentu, dan mereka ingin beremigrasi. Pada waktu itulah terpikir oleh Heldring untuk mengirimkan orang-orangnya ke daerah-daerah yang beriklim panas dan mendirikan pemukiman-pemukiman di sana. Ke mana lagi kalau bukan ke Hindia Belanda?

Heldring pun memeriksa kemungkinan-kemungkinannya, dan sampailah ia kepada kesimpulan, bahwa tentunya ada tempat di pulau-pulau Seram dan Obi, di mana ada dataran-dataran tinggi yang tidak berpenduduk.

 Kemudian timbul pula dalam pikirannya rencana untuk menempatkan di sana suatu masyarakat orang Kristen di tengah masyarakat yang masih kafir: "Betapa indahnya masa depan itu berada di sana di alam merdeka, menjadi garam dunia bagi orang-orang senegerinya dan lebih-lebih lagi bagi orang-orang kafir yang malang itu".

Telah lama Heldring mempunyai niat untuk mengunjungi Gossner, dan ini terlaksana di tahun 1850. Bertemulah kedua orang yang sejiwa ini.

 Pertemuan antara Heldring dan Gossner Yang akan mengutus Carl Ottow  dan Johann Gottlob Geissler ke tanah papua pulau di ujung timur dari planet ini.

 Pada waktu Heldring mengunjunginya; Gossner sudah berusia 77 tahun. Apa yang didengarnya dari orang tua ini bagaikan gema dari perjuangannya sendiri. Pendirian keagamaan yang sama, perasaan ngeri yang sama terhadap segala bentuk formalisme, damba yang sama terhadap keadilan dan kebenaran. Apa yang dapat di beritakan oleh Heldring mengenai kesukaran-kesukaran sekitar rencana mengutus zendeling-zendeling-tukang hanyalah merupakan angin sepoi-sepoi saja bila dibandingkan dengan taufan yang telah harus ditempuh oleh Gossner.

Sudah 17 tahun Gossner punya pengalaman dengan metodenya itu, dan dalam 10 tahun yang pertama ia telah mengutus 80 orang ke banyak bagian dunia ini. Hasil-hasil negatif dari usaha Heldring tidak begitu dihiraukan Gossner. Gossner pun bercerita mengenai caranya mengumpulkan orang-orang muda itu, dan bagaimana ia mendidik mereka.

Pendidikan ini kadang-kadang berlangsung selama 2-3 tahun, tergantung dari waktu yang tersedia dan dari penempatan mereka nanti.

Dalam pertemuan dengan Gossner ini perasaan putus asa dalam hati Heldring menjadi sirna; ia sangat terkesan oleh kepribadian Gossner, dan sebelum berangkat ia pun minta kepada Gossner supaya ia ini mengirim seorang" zendeling-tukang yang dapat diutus ke pulau Jawa. Pada waktu itu tidak ada seorang pun calon, tetapi Gossner berjanji mengirimkan seorang calon; demikian pastinya ia merasa, bahwa akan ada orang-orang yang bersedia. Demikian tertariknya Heldring kepada diri Gossner yang sangat bersemangat ini, hingga ia sama sekali dipenuhi oleh keyakinan bahwa orang tidak boleh sedikit pun berputus asa.

Heldring pulang ke Nederland dan mempertimbangkan untuk mencari seorang pendeta di negeri ini, yang akan menyediakan rumahnya supaya pendidikan para calon dapat terjadi seperti di tempat Gossner. Seorang pendeta yang saleh harus mengumpulkan serta mendidik para tukang muda, yang kemudian akan diutus ke pulau Jawa. Tetapi sebelum Heldring berhasil mendapatkan "pastori dan sekolah"nya, Gossner sudah mengirimkan kabar kepadanya, bahwa ia mempunyai 3 orang calon untuk Heldring (padahal yang diminta Heldring hanya 1 orang). Panitia "Tukang- kristen" minta kepada Heldring agar untuk sementara menampun para calon ini di tempatnya di Hemmen, dan demikianlah mereka bertiga itu (antara lain kedua Mühlnickel bersaudara) selama beberapa waktu tinggal di Heldring, di mana mereka mendapatkan pelajaran, antara lain juga dalam bahasa Belanda. Mereka tinggal bersama di rumah kecil di dekat pastori Heldring, tetapi di tahun 1851 mereka bertiga itu diutus, sehingga agaknya "pendidikan" mereka itu sifatnya hanya sekedar saja.

Ottho Gerhard Heldring sesudah bertemu dengan Yohanes gossner dia meminta mencari seorang tukang kristen lalu kirimkan kepadanya di belanda untuk didik dan dikirim ke jawa namun Yohanes gossner yang adalah seorang jerman ini mendapatkan 3 orang yang berkeingina untuk misi dan disiapkan lalu dikirim kepada Heldring.

Bagi kita semua ini penting, karena di antara calon yang "tidak diminta" ini terdapatlah antara lain orang-orang yang nantinya akan pergi ke Irian Barat sebagai perintis, yaitu :

Para pekerja kebun Anggur Allah :

1.Carl Ottow Yang dilahirkan di tahun 1826.

2.Johann Gottlob Geissler Yang dilahirkan pada tahun (1830—1870)

 

OTTOW DAN GEISSLER, PARA PERINTIS JALAN

 1. Carl W. Ottow (1826—1862)

lingkungannya Aneh sekali bahwa di dalam literatur zending dari tahun-tahun kemudian Ottow hampir tidak pernah disinggung. Hanya namanya saja yang disebutkan, padahal ia tidak kurang penting-nya dari Geissler. Ottowlah yang di tahun-tahun pertama, sampai kematiannya di tahun 1862, melakukan pekerjaan terbanyak. Mengenai kehidupannya sebelum ia berangkat ke Irian Barat hanya sedikit yang tercatat, dan catatan-catatan ini terutama mengisahkan kehidupan imannya, seperti lazimnya pada waktu itu.

Ia bekerja sebagai pembuat layar kapal. Di dalam catatan biografinya, yang biasa diminta oleh Gossner kepada semua calon zendeling-tukang, ditekankan hanya keyakinan imannya. Memang inilah

dasar dapat tidaknya mereka diterima, demikian juga praktek Heldring. Jadi untuk mengetahui mengenai Ottow ini, orang harus pandai membaca yang tersirat di dalam yang tersurat; kepribadiannya kemudian jelas terlihat dari surat-suratnya, di mana ia menulis mengenai pekerjaannya.

 Carl Ottow dilahirkan di tahun 1826. Tempat lahirnya tidak disebut. Hanya ditekankan bahwa ibunya orang yang saleh, yang setiap pagi dan petang bersama dengan anak-anaknya berlutut dan berdoa; ia selalu memperingatkan mereka, dan "mendidik mereka ini menjadi orang yang baik". Ibu ini di dalam keluarga Ottow ternyata merupakan penentu dalam kehidupan rohani, karena ayah serta keluarga lainnya tidak beriman.

Posisi ibu yang sangat dominan ini terutama terlihat di dalam pengawasannya yang ketat dalam mendidik anak-anaknya. "Anak-anaknya tidak akan mengenal rupa dunia ini yang mempesona dan menarik hati. Si ibu mencegah anak-anaknya mengenal godaan-godaan dunia ini". Anak-anak diwajibkan pergi ke gereja setiap hari Minggu, tetapi. baru pada usia 18 tahun, oleh pemberitaan seorang pendeta, Ottow mulai tertarik hatinya, hingga sejak itu timbul keinginannya untuk menyebarkan ajaran Kristen di antara orang-orang kafir.

Ottow mulai tergugah minatnya. Tetapi ia masih akan "menjalani gemblengan selama kira-kira 7 tahun lagi dalam pendidikan oleh Roh Kudus, melalui banyak pergumulan yang berat, ke luar

maupun ke dalam". Yang dimaksud dengan yang pertama adalah pergumulan dengan ayah dan keluarga. Tetapi dari pihak ibunya pun ada keberatan-keberatan juga, "karena Carl banyak mem-

bantu dirinya dalam hal-hal jasmani maupun rohani". Selama bertahun-tahun Carl tetap bertahan dengan doa-doanya; ia pun berhubungan dengan Gossner, kepada Gossner ia menceritakan kesulitan-kesulitannya. Tetapi ia tidak mendapatkan dukungan yang ia harapkan dari Gossner, dan tidak pula mendapat nasihat untuk jika perlu pergi ke daerah-daerah zending dengan melawan orang tuanya. Gossner yang tua itu menulis secara tegas kepadanya: "Kalau orang tua anda berkeberatan, saya pun tidak, sekali lagi saya pun tidak akan menerima anda".

Tolakan yang tegas ini tidak dapat membuat Carl melepaskan begitu saja keinginannya. Dengan penuh ketabahan ia melakukan "pekerjaan zending" di lingkungan sendiri. Siang hari ia bekerja membuat layar kapal, malamhari dan pada hari Minggu ia berkeliling. Ia mengunjungi orang-orang sakit dan orang-orang yang membutuhkan bantuan; ia berhasil antara lain mengembalikan seorang pelacur yang sakit kepada jalan Tuhan, dan di rumah pada hari Minggu ia mulai membentuk kelompok penelaahan Alkitab, yang dengan segera mendapat sejumlah peserta. Rupa-rupanya ia mampu meyakinkan ayahnya dan saudara-saudaranya, dan membuat mereka terkesan, karena sikap ayahnya akhirnya berubah sedemikian rupa, hingga kemudian si ayah memimpin sendiri doa sebelum makan, yang dilakukannya sambil berdiri.

Pada salah satu pertemuan di rumahnya Carl Ottow jatuh pingsan, "jatuh seolah-olah orang mati". Peristiwa ini membuat orang tuanya berpikir, bahwa jika anaknya dilarang melakukan pekerjaan

zending, Tuhan dapat mengambil nyawanya. "Maka itu, sekalipun dengan hati yang berat, mereka pun mengijinkannya pergi".

Sekarang Ottow diambil murid oleh Gossner, tetapi mengenai lamanya pendidikan kita tidak tahu. Satu-satunya yang tercatat ialah: "Setelah beberapa lamanya Ottow dididik oleh Bapa pendeta Gossner, maka pada tanggal 18 April 1852, dengan pertimbangan yang matang dan penyelidikan yang tekun, ia pun diambil janjinya oleh Gossner untuk bekerja dengan tekun di antara orang kafir". Ottow menulis kemudian, bahwa ia "mengucapkan janji ini dengan kepercayaan akan bantuan Tuhan dan dengan senang hati". Tanggal 14 Mei 1852 ia minta diri dari orang tuanya dan keluarganya. "Hubungan kasih sayang diputuskan demi Tuhan, dengan sedih dan sekaligus suka hati".

Ottow kemudian pergi ke Zetten, dekat Hemmen, dan di situ ia bertemu dengan Geissler. Mengingat yang tertulis di atas itu, dapatlah kini diambil beberapa kesimpulan:

1. Carl Ottow tidak datang dari keluarga Kristen yang tertutup, di mana agama Kristen merupakan sesuatu yang wajar, dan yang melindungi dia terhadap pengaruh-pengaruh lain.

2. Dengan melawan anggapan orang di sekitarnya, Ottow telah mengalami sendiri bahwa kepercayaan adalah urusan pribadi, dan bahwa ikatan keluarga tidak dapat menjadi dasar persekutuan Kristen.

3. Bahwa dengan bersandar pada keyakinan imannya, orang dapat melepaskan diri dari lingkungannya, dan walaupun tidak mendapat dukungan rohani dari kelompoknya sendiri, dengan Injil di tangan dan iman di hati, seseorang bisa mendapat panggilan untuk membimbing masyarakat di sekitarnya itu.

Di dalam mikrostruktur ini, Ottow tidak memperoleh kesan positif dari pengaruh kebudayaan Kristen di Barat, tidak pula dari superioritas Barat. Baginya sudah jelas, bahwa lingkungan kebudayaan tertentu di Eropa yang "Kristen" ini tidak memberikan jaminan adanya "kehidupan Kristen yang beriman"; malah sebaliknya. Dalam 'hal ini, pengalaman-pengalaman Ottow sesuai benar dengan pendirian Gossner. Baginya sudah jelas, bahwa lingkungan tidak menentukan; setiap orang dapat merailih jalan hidupnya sendiri, walaupun jalan itu bertentangan dengan pendapat umum.

Dengan mengetahui dan percaya akan hal inilah akhirnya dia melakukan pekerjaan zending di Irian.

Dasar keyakinannya tidak terletak pada kebudayaan Kristen pada waktu itu, tetapi hanya pada keyakinan dalam dirinya sendiri, keyakinan yang timbul dari kepercayaan agama Kristen dan

yang diasuh oleh Roh Kudus. Siapakah Ottow sebenarnya, itu kemudian akan terjawab dari cara hidup dan pekerjaannya; dan kan terlihat pula bahwa pengalaman-pengalaman masa mudanya

ikut menentukan: menentukan bagi cara ia menyebarkan amanatnya dan juga menentukan bagi harapan-harapan yang dipunyainya mengenai buah dari pekerjaannya.

2. Johann Gottlob Geissler (1830—1870)

Johan Gottlob Geissler dilahirkan pada tanggal 18 Pebruari 1830 di Langen-Reichenbach (Jerman). Ayahnya seorang penjahit, anggota gereja Lutheri yang aktif, dan ia pun mengusahakan

agar anak-anaknya mengenal sekolah, dan kemudian pada usia yang masih muda dapat diterima menjadi anggota gereja. Pada waktu itu Johann baru berusia 14 tahun. Peristiwa ini dicatat

dalam buku hariannya sebagai berikut: "Tetapi mengenai kehidupan rohani di dalam diri manusia dan mengenai kelahiran kembali, kita waktu itu belum mengerti". Dalam tahun itu juga ayahnya membawanya ke Berlin.

Ia belajar pada seorang tukang perabot rumah. Johann secara teratur pergi ke gereja, dan juga mengunjungi semacam sekolah Minggu untuk orang dewasa. Di atas pintu bangunan sekolah itu tertulis "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil". Geissler langsung terkesan oleh kata-kata ini. Dan lebih dari itu, di sini ia diterima dengan ramah oleh sekelompok besar anak-anak muda, di antaranya calon-calon zendeling, yang memimpin kumpulan-kumpulan doa yang diadakan di situ. Doa dilakukan bersama sambil berlutut, tapi para anggota bekerja juga. Ada kesempatan untuk menulis, berhitung, membaca dan lain-lain. Geissler dibantu dalam segala hal. Malam hari ada pertemuan, yang didalamnya dibacakan surat-surat dari para zendeling. Surat-surat itu sangat menarik perhatian si muda Johann.

Acara berdoa bersama juga berkesan kepadanya, dan setelah kembali di biliknya yang kecil, lama ia merenungkan pengalaman-pengalamannya yang baru itu, dan mulailah ia berdoa menurut

cara yang baru dikenalnya itu. Walaupun umur Johann waktu itu baru 14 tahun, pengalaman ini menandai berakhirnya periode, ketika ia biasa hanya ikut-ikutan saja, tanpa merasa tertarik se-

cara batiniah. Lebih dulu dari Carl Ottow, Johann Geissler menyadari bahwa kepercayaan adalah akibat dari pilihan, dan bukan dari ikut-ikutan. Di lain pihak, dengan berada di tengah suatu

kelompok pemuda, Johann tidak menjauhkan diri dari masyarakat, seperti yang dilakukan Ottow dan ibunya.

Pergolakan di bidang politik di tahun 1848 merupakan kejadian yang sangat penting. Pada tanggal 18 Mei Rapat Nasional Jerman yang pertama diadakan di Frankfurt, di mana ditetapkan UUD Jerman. Geissler dan kawan-kawannya mengikuti peristiwa ini dengan saksama, tetapi mereka masih demikian terikat kepada gagasan kekuasaan yang tradisionil, hingga mereka tidak dapat

atau mungkin tidak berani menghargai langkah penting ke arah demokratisasi itu. Karena itu tanggapan mereka pun sangat negatif.

Perhatian akan politik rupa-rupanya dianggap sebagai tanda tidak mempunyai kepercayaan. Gereja memihak pada kekuasaan yang ada, dan agaknya tidak menaruh perhatian kepada kedewasaan manusia. Ini terlihat lebih jelas pada redaksi majalah UZV di tahun 1870 yang, dalam menggambarkan periode dalam hidup Geissler ini, merumuskan pendapat itu secara lebih tajam, tetapi juga lebih "saleh". Bagian ini berbunyi: "Kericuhan dan goncangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan yang terjadi di tahun 1848, yang bagaikan asap yang timbul dari dalam tanah dan memabukkan para pemuda itu, bagi Geissler pun merupakan cobaan yang berbahaya. Namun

hatinya yang sudah terbuka untuk kegembiraan di dalam Kristus itu tidak bisa lagi menghargai keduniawian. Sampai pun kenikmatan-kenikmatan yang diperbolehkan dijauhinya, untuk dapat

menyisakan sesuatu bagi Tuhan". Pengaruh-pengaruh yang dialami Geissler dari sikap orang-orang Kristen waktu itu dibawa-nya kemudian ke lapangan pekabaran Injil. Pada hakekatnya hasil pengaruh tersebut adalah sikap sebagai berikut: Apa yang menyangkut masyarakat secara keseluruhan tidaklah penting jika dibandingkan dengan "keselamatan jiwa" orang-orang tertentu. Di dalam kehidupan pribadinya ditekankan juga pendirian-nya ini.

Malam Tahun Baru 1849—1850 disebut oleh Johann yang masih berumur 19 tahun itu sebagai malam yang sangat penting: "Mataku mulai terbuka waktu itu, dan Roh Kudus bekerja dalam hati-

" Ia mohon dalam doanya untuk menjadi seorang Kristen yang benar, "dan Sang Gembala menerimaku di dalam kasihNya". Dan waktu ia sedang memikirkan, dengan cara bagaimana ia bisa menjadi milik Kristus dengan cara penuh, muncullah zending di depan matanya. Mengenai ini ia mengatakan: "Dan Tuhan pun memberikan anugerahNya kepadaku untuk berdoa bagi orang-orang

kafir yang malang itu". Ia berpikir untuk mencalonkan diri pada zending, tetapi ia merasa dirinya tidak sesuai untuk itu.

Dengan caranya sendiri ia pun berusaha menabung untuk dapat memberi sumbangan kepada pekerjaan ini. Setelah ia diterima sebagai pembantu-tukang, dan dengan demikian menerima

gaji, dia tetapkan sepertiga dari gajinya untuk zending, sepertiga lagi untuk orang miskin dan orang yang berkekurangan, dan sisanya untuk dirinya sendiri.

Pada tanggal 14 Agustus 1851, Johann waktu itu berumur 21 tahun, dalam suatu pesta zending ia mendengarkan khotbah mengenai nats "Pergilah ke seluruh dunia". Setelah ini ia pun tidak ragu-ragu lagi: ini ditujukan kepadanya. Keraguannya mengenai pengetahuannya, pengertiannya dan kepercayaannya terhapus oleh kata-kata di dalam nats itu: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi" (Mat 28 : 18 br). Aneh juga, bahwa kini pun ia tidak mendaftarkan diri untuk pekerjaan zending. Mengenai ini ia menulis: "Saya tidak mau mendaftarkan diri, karena saya mencari apa yang menjadi ke- hendak Tuhan, dan saya berpikir: bila Tuhan menghendaki saya maka Ia bisa memimpin dan membawa saya, tanpa saya harus melakukan sesuatu atau pun berusaha, dan jika dikehendakiNya, saya akan diberiNya kebijaksanaan dan akal". Dan memang itulah yang terjadi. Johann berjumpa dengan Gossner pada suatu "perkumpulan pembinaan", yang diadakan

oleh Gossner untuk para calon zendelingnya. Agaknya pada kesempatan itu Geissler mengenakan baju berwarna biru (suatu jenis biru yang cukup menyolok); baju ini memainkan peranan yang

menonjol. Setelah selesai, perhatian Gossner tertarik oleh pakaian yang biru itu, lalu ia bertanya:

"Dan bagaimana dengan anda yang berbaju biru itu? Apakah anda tak tertarik juga untuk melakukan pekerjaan zending?" Atas pertanyaan ini dapatlah Johann menjawab "Ya" dengan lantang, tetapi langsung ditambahkannya, bahwa ia tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi zendeling. Gossner menjawab bahwa ia hanya harus tekun berdoa, karena Tuhan pasti menemukan jalan keluarnya.

Setelah kontak-kontak pertama ini diadakan, Gossner tidak melepaskan lagi Geissler yang masih muda itu. Ia mengundang Geissler datang menemuinya seminggu kemudian dengan membawa riwayat hidup singkat. Tentang ini Gossner menunjukkan rasa puasnya, dan perintahnya berikutnya adalah agar Geissler mencoba mempelajari bahasa Inggris. Ternyata ini tidak menimbulkan kesulitan. Geissler mengerti, bahwa tanpa bakat dalam mempelajari bahasa, orang tidak bisa menjadi zendeling. Setelah majikan dan para tukang di tempat kerjanya mengetahui rencana Geissler itu, secara menyolok mereka yang biasanya merupakan orang-orang Kristen yang baik itu pun memperolok-olokkannya. Johann tidak mempedulikan hal itu, tetapi ternyata jauh lebih sulit meyakinkan dan mendapat ijin dari orang tuanya. Setelah akhirnya mereka mengijinkannya, "maka ijin itu disertai dengan pernyataan yang tegas, bahwa ini hanya diberikan agar di kemudian hari tidak dicela".

Tanggal 27 Oktober 1851, Johann Geissler diterima di rumah Gossner, dan "di sana ia, dengan doa terus-menerus, membaktikan diri untuk mendalami Sabda Tuhan dan pelajaran seterusnya secara bulat". Di atas sudah dinyatakan, bahwa Gossner biasa menampung anak-anak muda itu setidak-tidaknya selama beberapa tahun. Sianghari mereka melakukan pekerjaan tukang atau kegiatan-kegiatan yang lain, dan malamhari mereka mendapat pelajaran. Tetapi ternyata Geissler langsung meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang pembuat mebel. Ia mendapat pelajaran terus-menerus selama tiga bulan, lalu pada akhir bulan Pebruari 1852 ia ditahbiskan untuk melakukan pekerjaan zending. Langsung setelah itu ia sudah menuju ke Indonesia, lewat Negeri Belanda. Papua ajaib di mata dunia, dari kemarin,hari ini & untuk besok.

Misi berangkat dari keyakinan bahwa jalan menuju Allah adalah melalui Yesus Kristus.

 Kami percaya bahwa kami diutus oleh Allah untuk mengabarkan berita Baik Ini kepada seluruh umat manusia,dalam makna seperti paulus yang pernah katakan "celakalah aku jika tidak memberitakan Injil"

Meskipun di tanah papua tanah Injil Kerajaan Yesus Ada banyak perampok kehidupan manusia Yang meliputi: Ketidakadilan, sakit penyakit, kelaparan, kehausan, ketakutan, intimidasi, penindasan, pelanggaran hak hidup, pengabaian, penindasan, penjajahan dall.

 Semua ini harus di haluskan dan dihiangkan karena tidak sesuai dengan misi Yesus Kristus bagi Dunia.

 walaupun tidak mendapat dukungan rohani dari kelompoknya keagamaan di tanah papua, dengan Injil di tangan orang papua dan iman di hati orang papua, seseorang harus bisa mendapat panggilan untuk membimbing masyarakat di di tanah papua itu dengan baik kepada Allah dan Yesus.

 

Literature papua.com


Literature papuan.com

Selamat datang di "literature papuan.com"! Kami adalah platform edukasi yang berfokus pada pendidikan bagi generasi bangsa Papua. Dengan komitmen untuk meningkatkan literasi di Papua, kami menyediakan konten yang informatif, inspiratif, dan relevan untuk mendorong perkembangan pendidikan di daerah ini. Di "literasi papua.com", kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua. Kami berkomitmen untuk memberikan akses ke pengetahuan dan informasi berkualitas melalui artikel-artikel yang menarik dan terpercaya.

Posting Komentar

berkomenterlah dengan bijaksana :

Lebih baru Lebih lama